SWARAKYAT.COM - Mantan narapidana penistaan agama, Basuki Tjahaja Purnama
alias Ahok yang sempat sesumbar di awal menjadi Komisaris Utama (Komut) PT
Pertamina (Persero), kini harus dihadapkan kenyataan pahit.
Pertamina yang
diawasinya merugi hingga Rp 11,33 triliun di semester I 2020.
Presidium
Aliansi Selamatkan Merah Putih (Asmapi), Edy Mulyadi turut kaget dengan
kejumawaan Ahok yang bertolak belakang dengan fakta.
Apalagi di tahun
sebelumnya perusahaan plat merah ini meraup laba Rp 38,5 triliun. Edy Mulyadi
juga ingat saat dulu Menteri BUMN Erick Thohir mengangkat Ahok.
Disebutkan
bahwa Ahok akan ditugaskan untuk mendobrak dan menyikat mafia migas. Dia juga
diharapkan bisa mempercepat pembangunan kilang. “Tapi sampai kini, publik tidak
mendengar ada satu pun mafia migas yang diberangus.
Soal pembangunan kilang,
setali tiga uang pula. Jangankan dibangun, kabarnya sayup-sayup pun tak
terdengar," ujar Edy Mulyadi kepada Kantor Berita Politik RMOL, Rabu
(26/8).
Edy melanjutkan, soal memperbaiki kinerja keuangan Pertamina, alih-alih
mempertahankan apalagi meningkatkan laba, yang terjadi justru Pertamina
dihantam rugi sangat besar, yakni Rp 11,33 triliun.
Sekjen GNPF Ulama ini
menegaskan agar Pertamina tidak menjadikan pandemik Covid-19 sebagai dalih
untuk menutupi kelemahan dan ketidakbecusan karena banyak perusahaan minta
dunia lainnya masih bisa memetik untuk. Misalnya terang Edy, Sinopec China yang
labanya justru naik dari 14,76 miliar Yuan menjadi 19,78 miliar Yuan.
Lalu,
Shell Belanda labanya turun dari 3,5 miliar dolar AS, namun tetap masih untung
2,9 miliar dolar AS. Bahkan Petronas kata Edy, juga masih mencetak laba 4,5
miliar dolar AS, walau labanya turun dari 14,2 miliar dolar AS.
"Jadi,
tidak perlu mencari-cari justifikasi untuk menutupi ketidakmampuan. Apalagi,
selama berbulan-bulan harga minyak dunia anjlok, Pertamina tetap menjual BBM di
dalam negeri dengan harga tinggi," tegas Edy.
"Sebaliknya di banyak
negara lain, harga jual BBM mereka di pasar lokal dipangkas gila-gilaan. Di
Malaysia, harga BBM selevel Pertamax cuma dibanderol Rp 4.250/liter. Di AS, BBM
setara premium cuma dijual Rp 2.500/liter," sambung Edy.
Dengan demikian
kata Edy, Ahok sama sekali tidak layak menjadi Komut Pertamina. Apalagi,
sambungnya, rekam jejak Ahok selama di DKI Jakarta sangat buruk.
Untuk itu, dia meminta Erick Thohir untuk bergerak cepat mencopot Ahok agar
Pertamina tidak babak belur. “Erick Thohir harus bertanggung jawab. Dia musti
segera mencopot Ahok. Erick tidak boleh membuat BUMN, apalagi Pertamina, makin
babak-belur dan akhirnya hancur-lebur," pungkas Edy.