Saat membuka Sekolah Partai Angkatan II bagi Calon Kepala
Daerah dan Calon Wakil Kepala Daerah PDIP secara virtual, Megawati menyebut
para tokoh nasional yang mendeklarasikan KAMI hanya ingin menjadi presiden.
Alhasil, sindiran ini ditanggapi oleh salah seorang
deklarator KAMI Gde Siriana Yusuf.
Secara pribadi ia menyayangkan pernyataan seorang Ketua Umum
partai yang terkesan menyudutkan gerakan moral masyarakat yang dilindungi
haknya di dalam konstitusi.
"Ibu Ketum (PDIP) ini lupa, bahwa akibat fraksi Parpol
di DPR tidak efektif mengontrol eksekutif dan membela kepentingan rakyat, maka
civil society perlu diperkuat dalam masyarakat demokratis. Keprihatinan pada
kondisi negara dan sikap kritis masyarakat pada pemerintah harus
disuarakan," ujar Gde Siriana kepada Kantor Berita Politik RMOL, Rabu
(26/8).
Apa yang disampaikan Megawati itu, menurut Direktur
Indonesia Future Studies (INFUS) itu, adalah sebuah serangan yang sengaja
diwacanakan oleh para pendukung rezim Joko Widodo.
Pasalnya, Gde Siriana mengamati banyak pihak yang sudah
mulai tidak nyaman dengan keberadaan KAMI dan membuat gerakan tandingan yang
seolah-olah ingin membuat benturan horizontal di masyarakat.
Sebagai contohnya adalah kemunculan gerakan Kerapatan
Indonesia Tanah Air (KITA) yang digagas oleh bekas pendukung Jokowi di Pilpres
2019 silam.
Selain itu, Gde Siriana juga menyebutkan adanya sikap tak
mengindahkan dari sebagian alumni Institut Teknologi Bandung (ITB) yang
menginginkan Din Syamsuddin dicopot dari Majelis Wali Amanat karena terlibat di
dalam KAMI.
"Kok ada ya intelektual berpikiran sempit? Memangnya
sudah ada penetapan KAMI sebagai organisasi terlarang? Kalian bukanlah massa
(benda), intelektual harus memiliki selera rasionalitas dan ketertarikan pada
fakta," tuturnya.
Bahkan, lanjut Gde Siriana, serangan-serangan kepada KAMI
telah dialami oleh sejumlah tokoh yang tergabung di KAMI sejak awal Deklarasi,
baik berupa tuduhan gerakan makar hingga pembajakan akun media sosial.
Karena itu, Aktivis Bandung Intiatives ini memandang, sikap
yang ditunjukan para pendukung rezim Jokowi kali ini sama saja menelanjangi
diri penguasanya sendiri. Di mana, pemerintah tak lagi mampu memberikan
kepastian kepada masyarakat terkait janji-janji politiknya yang telah diumbar
pada Pilpres 2019 silam.
"Serangan-serangan untuk mengamputasi KAMI dengan
cara-cara cupu, mulai dari Ketum Parpol, hingga mahasiswa bayaran dan
alumni-alumni yang fouI-minded, bukti bahwa rezim penguasa kehabisan stok
jualan gombal," ungkapnya.
"Janji-janji meroket tidak terwujud dalam 5 tahun ke belakang adalah fakta-fakta yang tak terbantahkan. Inilah yang dipercaya rakyat?" demikian Gde Siriana Yusuf menutup.