SWARAKYAT.COM - Akuisisi bank nasional oleh asing kian menjamur dalam beberapa waktu terakhir. Yang terbaru misalnya, akuisisi Bank Bukopin (JK:BBKP) oleh bank Korea Selatan, yakni KB Kookmin Bank. Melalui aksi akuisisi, Kookmin Bank berambisi untuk menguasai 67% saham Bukopin.Â
Berdasarkan catatan redaksi WE Online, transaksi akuisisi
bank swasta di Indonesia oleh asing sudah beberapa kali dilakukan dan terkesan
menjadi suatu hal yang lumrah terjadi. Lantas, bank nasional mana saja yang
kini kepemilikan sahamnya berpindah ke tangan asing? Untuk lebih jelasnya,
simak ulasan berikut ini.
1. Bank Bukopin - Kookmin Bank (2020)
Kabar akusisi bank nasional oleh asing yang paling hangat
dibahas adalah PT Bank Bukopin Tbk (BBKP) oleh KB Kookmin Bank. Dalam transaksi
akuisisi ini, Kookmin Bank berambisi untuk menjadi pemegang saham pengendali
(PSP) tunggal dengan porsi kepemilikan mencapai 67% dari total saham Bukopin.Â
Sebelumnya atau pada Juli 2020, bank asal Korea Selatan itu
telah mengantongi persetujuan OJK untuk menjadi PSP melalui mekanisme Hak
Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD). Dalam transaksi tersebut, Kookmin
menyerap 2,97 miliar saham baru Bukopin. Dari skema HMETD itu, Kookmin resmi menjadi
pemegang saham terbesar dengan porsi kepemilikan 33,9%.Â
Guna memenuhi target kepemilikan 67%, Kookmin telah
mengantongi persetujuan dari pemegang saham untuk melakukan aksi private
placement.Â
Direktur Utama Bank Bukopin, Rivan A. Purwantono, mengungkapkan
bahwa private placement dilakukan sebagai salah satu upaya penyelematan ekonomi
nasional, khususnya di industri perbankan.Â
"Kookmin diperkenankan melakukan private placement
karena dibutuhkan percepatan, recovery yang cepat," tegasnya.
Beberapa saat sebelumnya, Rivan membocorkan rencana bisnis
Bukopin ke depan di bawah nahkoda baru, salah satunya adalah tetap fokus pada
hal yang paling relevan dan sesuai dengan fokus bisnis, yaitu segmen ritel,
terutama UMKM, koperasi dan komunitas pelaku bisnis Indonesia-Korea, melalui
penerapan standar disiplin sesuai manajemen risiko.
"Kerja sama antara Kookmin dan Bukopin juga dapat
dilakukan untuk peningkatan layanan pada pengajuan KPR, apalagi sektor ini
merupakan spesialisasi dari Kookmin," ujar Rivan pada Senin, 24 Agustus
2020.
2. Bank Permata (JK:BNLI) - Bangkok Bank (2020)
Cerita panjang akusisi PT Bank Permata Tbk (BNLI) akhirnya
berujung manis. Setelah batal diambil alih oleh beberapa calon pembeli,
mayoritas saham Bank Permata pun resmi dikuasai oleh Bangkok Bank Public
Company Limited (Bangkok Bank).Â
Transaksi akuisisi 89,12% saham Bank Permata oleh Bangkok Bank atau setara dengan 12,49 miliar saham Bank Permata telah tuntas pada 20 Mei 2020 lalu. Porsi saham tersebut bersumber dari dua pemilik sebelumnya, yakni PT Astra International (JK:ASII) Tbk (ASII) dan Standard Chartered Plc yang masing-masing menguasai 44,56% dari total saham Bank Permata.
Perlu diketahui, akuisisi tersebut dilakukan dengan
kesepakatan valuasi 1,63 kali lipat dari nilai buku Bank Permata per tanggal 31
Maret 2020 atau sekitar Rp33,66 triliun. Manajemen Astra mengatakan, pihaknya
menerima dana hingga Rp16,28 triliun dari hasil penjualan Bank Permata.Â
Pengambilalihan saham bank terbesar ke-12 di Indonesia ini
tidak terlepas dari ambisi Bangkok Bank untuk menjadi pemain utama di tingkat
Asia Tenggara. Begitulah yang diakui oleh Bangkok Bank dalam kesempatan
wawancara yang dilansir dari South China Morning Post beberapa waktu lalu.
"Akuisisi Bank Permata adalah kasus luar biasa karena
ini adalah kesempatan langka. Kami percaya bahwa pelanggan Bangkok Bank kami
dapat menggunakan Bank Permata dengan baik," tegas Presiden Bangkok Bank,
Chartsiri Sophonpanich.
3. Bank Agris - Industrial Bank of Korea (2019)
Industrial Bank of Korea resmi mengakuisisi sebesar 95,79%
saham PT Bank Agris Tbk (AGRS) terhitung sejak Selasa (15/01/2019) lalu.
Akuisisi tersebut dilakukan melalui mekanisme jual beli sejumlah 5.305.057.480
saham Bank Agris oleh Industrial Bank of Korea.
Direksi Bank Agris menjelaskan, melalui transaksi
pengambilalihan saham senilai Rp1,14 triliun tersebut, bank asal negara
ginseng, Korea Selatan, yaitu Industrial Bank of Korea resmi menjadi pemegang
saham pengendali dari Bank Agris.
Tujuan akuisisi ini adalah untuk berpartisipasi dalam
pembangunan sistem perbankan yang sehat dan mempercepat konsolidasi bank di
Indonesia, jelas Direksi Bank Agris dalam
keterbukaan informasi yang diterima di Jakarta, Kamis (17/01/2019).
Pada bulan dan tahun yang sama, Industrial Bank of Korea
juga merampungkan akuisisi 1,17 miliar saham Bank Mitra Niaga (JK:NAGA) dengan
total nilai transaksi sebesar Rp478,53 miliar. Kedua bank hasil akuisisi itu
akhirnya dimerger dengan nama baru, yakni PT Bank IBK Indonesia Tbk (AGRS).
Sampai dengan 30 Juli 2020, Industrial Bank of Korea tercatat menguasai lebih
dari 10,95 miliar atau 97,50% dari total saham AGRS.
4. Bank Dinar (JK:DNAR) Indonesia - APRO Financial (2018)
Akuisisi bank nasional oleh asing juga pernah terjadi pada
tahun 2018 silam. Kali ini, saham PT Bank Dinar Indonesia Tbk (DNAR) yang
diambil alih oleh perusahaan pembiayaan asal Korea Selatan, yakni APRO
Financial Co.Ltd.
Proses akusisi 77,38% saham Bank Dinar selesai dilakukan
pada 25 Oktober 2018. Porsi saham yang diambil alih itu merupakan gabungan dari
15 pemilik saham Bank Dinar dengan persentase yang bervariasi. Nilai transaksi
dalam proses akuisisi ini seluruhnya mencapai Rp691,10 miliar.Â
Sebagai konsekuensi dari akuisisi tersebut, Bank Dinar
kemudian dimerger dengan Bank Oke Indonesia yang saat itu mayoritas sahamnya
juga dikuasai oleh APRO Financial. Proses merger tersebut mendapat persetujuan
dari BEI dan resmi berlaku sejak 15 Juli 2019. Dari hasil merger, entitas Bank
Dinar dipertahankan, namun brand image yang dipakai adalah PT Bank Oke
Indonesia Tbk (OK Bank). Porsi kepemilikan APRO Financial dalam OK Bank sampai
saat ini mencapai 92,50%.
Direktur Utama Bank Dinar, Hendra Lie, mengatakan bahwa
penjualan saham perusahaan kepada APRO Financial dilakukan sebagai upaya untuk
naik kelas dari bank BUKU I menjadi bank BUKU II.
"Jika merger ini rampung, ekspansi bisnis Bank Dinar
dipastikan lebih luas. Bank naik kelas ke BUKU II dengan modal minimum Rp1
triliun dan dapat berkembang menjadi bank devisa dengan berbagai
peningkatan," imbuh Lie di Jakarta pada Mei 2018 silam.Â
5. Bank Danamon - Mitsubishi UFJ (2017)
PT Bank Danamon Indonesia (JK:BDMN) Tbk (BDMN) menjadi satu
di antara bank-bank nasional yang kini kepemilikannya berpindah ke tangan
asing. Pada Desember 2017, The Bank of Tokyo-Mitsubishi UFJ, Ltd (MUFG)
mengakuisisi 19,9% saham Bank Danamon dari pemegang saham utamanya, yakni Asia
Financial Pte.Ltd (AFI).
Tak berhenti sampai di sana, MUFG kembali menambah porsi
kepemilikan dalam Bank Danamon melalui transaksi akuisisi pada Agustus 2018.
Dalam transaksi kali ini, MUFG mengambil alih 20,1% saham Bank Danamon milik
AFI. Dengan begitu, total kepemilikan Bank Danamon menjadi sebesar 40,0%.
Proses akusisi Bank Danamon oleh MUFG berjalan secara
bertahap itu menelan biaya atau nilai transaksi mencapai Rp64,14 triliun. Sampai
dengan saat ini, MUFG tercatat menguasai lebih dari 9,04 miliar saham Bank
Danamon atau setara dengan 92,47%.Â
Imbas dari adanya transaksi tersebut, Bank Danamon akhirnya
dimerger dengan PT Bank Nusantara Parahyangan Tbk (BNP). Penggabungan usaha Bank
Danamon dan BNP efektif berlaku sejak 1 Mei 2019, di mana Bank Danamon menjadi
entitas yang dipertahankan sebagai perusahaan tercatat di BEI.Â
"Bank Danamon akan dapat mengakses kekuatan, keahlian,
dan jaringan MUFG untuk memfasilitasi pertumbuhan Bank Danamon dalam mewujudkan
nilai jangka panjang bagi seluruh pemangku kepentingan," tegas Bank
Danamon saat ditanya mengenai latar belakang transaksi akuisisi dan merger
dengan BNP.
6. Bank BTPN (JK:BTPN) - Sumitomo Mitsui Banking (2014)
PT Bank Tabungan Pensiunan Negara Tbk (BTPN) resmi
diakuisisi oleh bank terbesar kedua di Jepang, yaitu Sumitomo Mitsui Banking
Corporation (SMBC). Pada Maret 2014, SMBC mengakuisisi 919,27 juta saham BTPN
dari TPG Nusantara. Nilai transaksi atas akuisisi tersebut mencapai Rp5,98
triliun.Â
Melalui transaksi tersebut, SMBC menguasai 41% atau setara
2,34 miliar saham, meningkat dari porsi sebelumnya yang hanya 24,26% atau
sebanyak 1,4 miliar saham BTPN.Â
Proses pengambilalihan saham BTPN oleh SMBC terus
berlangsung hingga akhirnya pada Januari 2019, SMBC tercatat menguasai lebih
dari 90% saham BTPN. Dilansir dari RTI, per tanggal 31 Juli 2020, SMBC
menguasai 92,43% atau lebih dari 7,53 miliar saham BTPN.Â
Setelah proses akuisisi dilakukan, SMBC melebur BTPN dengan
PT Bank Sumitomo Mitsui Indonesia (SMBCI). Merger usaha itu kemudian mendapat
izin OJK dan efektif berlaku pada 1 Februari 2020. Para pemegang saham kemudian
menyepakati bahwa nama entitas hasil penggabungan usaha akan memakai nama
BTPN.Â
Untuk perubahan anggaran dasar, pemegang saham sepakat untuk mempertahankan nama BTPN, jelas Direktur Utama BTPN, Jerry Ng, dalam rilis tertulis yang diterima di Jakarta, Rabu (12/12/2018).