SWARAKYAT.COM - Akademisi Rocky Gerung terlibat debat seru dengan anggota KSP Ali Ngabalin dan staf ahli Kominfo Prof Dr Henri Subiakto dalam acara Dua Sisi TVOne.
Akademisi Rocky Gerung menyoroti temuan Indonesia Corruption
Watch ( ICW) terkait pembiayaan influencer untuk menyosialisasikan
program-program pemerintah.
Peneliti ICW Wana Alamsyah menyinggung penggunaan jasa influencer dapat mengabaikan peran bagian kehumasan yang seharusnya melakukan tugas itu.
Ali Ngabalin kemudian menanggapi kritik Rocky Gerung dan
Wana Alamsyah tersebut.
"Saya mau bilang, tidak ada urusannya dengan Wana dan
Rocky terkait dengan Biro Pers kah, Kehumasan kah," kata Ali Ngabalin.
"Bukan urusanmu itu. Itu organisasi pemerintah. Bahwa
kalau pemerintah membutuhkan dalam penyebaran informasi," tambah dia.
Ia menjelaskan pihaknya menggunakan jasa pemuka masyarakat
untuk membantu mengkampanyekan program pemerintah.
Ngabalin menilai langkah itu tidak bertentangan dengan
regulasi mana pun.
"Saya lagi-lagi menggunakan istilah pemuka pendapat,
influencer, dan lain-lain. Dalam rangka apa? Dalam rangka menyukseskan sebuah
program pemerintah yang diluncurkan," paparnya.
Ia lalu menilai anggaran influencer itu tidak perlu perlu
menjadi sorotan berlebihan.
"Apa masalahnya di situ? Undang-undang mana yang
dilarang? Kenapa justru menjadi masalah?" tanya staf KSP ini.
Ngabalin juga menyinggung tuduhan Rocky Gerung bahwa
penggunaan influencer itu bertujuan menutupi kegagalan pemerintah.
Ia menilai tuduhan Rocky ini tidak berdasar.
"Supaya rakyat juga jadi tahu. Kalau posisi ini Wana
harus bilang untuk Biro Kehumasan atau Rocky menyebutkan harus dibubarkan atau
gagal, di mana ukurannya? Apa masalahmu dengan barang itu?" tanya
Ngabalin.
Sebelumnya Staf Ahli Menteri Komunikasi dan Informatika
Henry Subiakto turut membantah pihaknya menggunakan jasa influencer yang
berbayar.
Ia bahkan menyebutkan kritik terhadap anggaran itu hanya
berdasar persepsi semata.
"Di tempat saya enggak ada influencer itu. Apa yang
dipersepsikan oleh siapapun, saya enggak tahu, termasuk mungkin Rocky atau dia
(Wana), itu jelas-jelas salah," tegas Henry Subiakto.
"Dan mohon maaf, komunikasi publik dan humas itu ada di
tempat saya," tandasnya.
Dalam tayangan yang sama, Tenaga Ahli Utama Kantor Staf
Presiden (KSP) Ali Mochtar Ngabalin mempertanyakan tuduhan yang dilontarkan
akademisi Rocky Gerung.
Rocky Gerung tengah menyoroti temuan Indonesia Corruption
Watch (ICW) terkait dana pembiayaan influencer senilai Rp90,45 miliar.
Ia menilai penggunaan jasa influencer itu adalah untuk menutupi ketidakmampuan pemerintah dalam mensosialisasikan programnya.
"Hari-hari ini memang ada ketidakpercayaan pada semua
informasi pemerintah itu. Saya enggak berharap informasinya palsu, tapi
faktanya orang tidak percaya," papar Rocky Gerung.
Ia menyinggung ada survei dari Saiful Mujani Research and
Consulting (SMRC) yang menyebutkan 29 persen masyarakat masih percaya
pemerintah dapat mengatasi krisis ekonomi.
"SMRC mengeluarkan survei itu setelah dana publikasi
ini keluar 'kan. Itu semacam orang mau jualan sapi, sapinya kurus, supaya
kelihatan beratnya, itu digelontorin air ke dalam perutnya," sindir Rocky.
Pernyataan itu segera dibantah Ali Ngabalin.
Ia menilai tuduhan Rocky tidak berdasar penelitian atau
fakta di lapangan.
"Kerangka berpikir yang dipakai Rocky itu tidak sejalan
dengan fakta. Kalau Rocky mengatakan fakta, maka dia harus bisa menunjukkan
sebuah terminologi penelitian seperti yang dilakukan ICW," bantah Ali
Ngabalin.
Ngabalin menyinggung tuduhan Rocky sebelumnya yang menyebut
ada ketidakberesan dan ketidakberhasilan program pemerintah, sehingga perlu
menggunakan jasa influencer.
"Atau tadi Anda memakai 'ketidakpercayaan publik'. Yang
saya bilang tidak sejalan dengan terminologi itu adalah terkait dengan program
pemerintah diluncurkan kepada masyarakat, tidak semua masyarakat itu pintar
seperti Rocky," jelasnya.
Ia memaparkan program-program pemerintah itu perlu
dijelaskan oleh sejumlah tokoh yang dikenal, seperti pemuka masyarakat,
termasuk influencer.
Namun Ngabalin menyoroti tuduhan Rocky terkait adanya
ketidakpercayaan pemerintah.
Menurut dia, tuduhan ini tidak berdasar dan tidak ada
hubungannya.
"Kalau Rocky mengatakan fakta dan publik tidak percaya
atas ketidakberesannya, apa yang dipakai? Karena ini publik lagi nonton,"
tegas Ngabalin.
Ngabalin menuntut Rocky menjelaskan asal tuduhannya,
terutama terkait ketidakpercayaan terhadap pemerintah.
Ia menilai hal ini perlu diluruskan agar informasi yang
sampai ke masyarakat tidak simpang-siur, bahkan menimbulkan fitnah.
"Kalau dia menggunakan kata publik, referensi apa yang
dipakai? Jangan hanya ngerecok ke sana kemari. Itu akan bisa menyebarkan fitnah
dan tidak mendidik publik, 'kan Rocky suka begitu kalimatnya," katanya.
"Kalau tidak dibantah, pernyataan-pernyataan yang
menyesatkan ini bisa merusak publik," tandas Ngabalin.
Di ujung acara Rocky langsung mengeluarkan pernyataan
pamungkas terkait kepentingannya menyoroti hal ini.
"Saya jelas punya kepentinga, mengapa? karena Anda
berdua saya yang gaji," kata Rocky.
Tak terima dengan hal itu ngabalin pun mempertanyakan dari
mana Rocky bisa menggajinya.
"Jangan bilang kau punya uang bayar saya," kata
Ngbali mulai emosi.
"Saudara Ngabalin saya terangkan. Honor saya dari TVOne
untuk acara ini dipotong pajak, masuk ke negara, itu untuk bayar anda,' kata
Rocky.
Sementara Prof Henri Subiakto hanya terdiam mendengar perdebatan itu.
Liat selengkapnya di video berikut: