SWARAKYAT.COM - Masyarakat Laman Kinipan, Kabupaten Lamandau, Kalimantan Tengah curhat terkait nasib dan kelangsungan hidup akibat adanya perluasan perkebunan kelapa sawit di wilayah mereka.
Mereka memprotes keptusan pemerintah yang memberikan izin PT
Sawit Mandiri Lestari (SML) untuk membabat hutan adat Laman Kinipan.
Padahal, hutan tersebut merupakan sumber mata pencaharian
warga Laman Kinipan yang selama ini menggantungkan hidupnya dari berburu dan
berladang.
“Kami mati, mati menjaga hutan, tapi kenapa pemerintah
mengeluarkan izin terus kepada hutan-hutan kami,” ucap warga Laman Kinipan
dalam video yang dibagikan akun @kanopimedia, Sabtu (29/8).
Ia meminta Presiden Jokowi untuk memperhatikan nasib mereka.
Sebab, mereka selama ini menjaga hutan demi anak cucu dan Co2.
“Pak Jokowi tolonglah kami. Kami mati menjaga hutan demi
anak cucu dan juga Co2. Pak Jokowi sendiri juga menghirup udara dari hutan ini.
Kalau hutan ini habis, buka cuma Pak Jokowi dan seluruhnya, tapi kami juga akan
mati,” ucapnya.
Ia menyebutkan, sejak hutan adat laman Kinipan dibabat perusahaan
sawit, warga Laman Kinipan tidak bisa lagi berladang, berburu, dan mencari ikan
di sungai
“Kami sudah mati saat ini, mati usaha kami. Kami tidak bisa
lagi berladang, berburu, tidak bisa lagi mengambil air di sungai, mengambil
ikannya, lihat pak sungai kami ini keruh,” tandasnya.
Di Desa Laman Kinipan secara turun temurun tinggal masayarakat adat Laman Kinipan. Masyarakat ini terdiri dari 239 keluarga atau sekitar 938 jiwa. Mereka menggantungkan hidup dari hutan.
Pada tahun 2018, PT Sawit Mandiri Lestari (SML) melakukan
penebangan hutan rimba adat Laman Kinipan seluas 1.242 hektar di Kecamatan
Batang Kwa, Kabupaten Lamandau, Kalimantan Tengah untuk dijadikan lahan
perkebunan kelapa sawit.
Dari luasan wilayah mencapai 16.169,942 hektar, 30 persen menjadi
lahan garapan dan pemukiman masyarakat di bagian hilir, sedangkan 70 persen
sisanya di bagian hulu adalah hutan rimba.
Berikut ini video curhat warga Laman Kinipan minta tolong ke
Presiden Jokowi: