SWARAKYAT.COM - Paham khilafah yang diusung Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) sangat berbahaya bagi kehidupan dan keberlangsungan bangsa Indonesia.
Pasalnya, khilafah berupaya menyeragamkan Indonesia yang
jelas tidak sesuai dengan kesepakatan pendirian bangsa yang berlandaskan
keberagaman.
Hal itu jelas sama saja dengan membatalkan dan membubarkan
Indonesia.
Demikian disampaikan Koordinator Jaringan Gusdurian, Alissa
Qotrunnada Munawaroh Wahida atau Alissa Wahid dalam keterangan tertulisnya,
Rabu (26/8/2020).
Alissa menjelaskan, Gus Dur selama ini selalu menyatakan
bahwa alasan adanya Indonesia adalah karena keberagaman.
“Karena kalau tidak ada keberagaman, Indonesia tidak perlu
ada,” ujarnya dilansir Antara.
Anggota Suluh Kebangsaan ini juga mengungkapkan bahwa
seandainya pada tahun 1945 bangsa ini tidak bersepakat menjadi satu negara
bangsa maka pasti terpecah-pecah.
Oleh karena itu, menurutnya yang dipakai untuk mempersatukan
ialah gagasan yang diberi nama Indonesia disepakati pada tahun 1928.
”Masalahnya memang kita ini yang mayoritas kalah dalam hal
militansi dengan mereka sehingga disebut sebagai silent majority,”
“Makanya terlihat mereka yang lebih banyak apalagi di media
sosial,” tutur putri sulung Gus Dur itu.
Alissa menyebutkan bahwa hal tersebut bisa terjadi karena
sebagian besar orang Indonesia merasa nyaman, aman dan berpuas diri.
Tetapi tidak menjaga komitmen kebangsaannya dan malah sibuk
dengan kepentingan sendiri.
Di sisi lain, sambungnya, ada kelompok yang sangat militan
melakukan kaderisasi, melatih anggota-anggotanya untuk menjadi penggerak
masyarakat.
“Dan sekarang penggerak-penggerak itu sudah ada di mana-mana
termasuk BUMN dan Kementerian/Lembaga,” ucap lulusan magister psikologi
Universitas Gajah Mada (UGM) itu.
Bahkan, ia menyebut bahwa anggota kelompok itu sudah
menyusup ke berbagai lini seperti ASN dan TNI-Polri.
Ironisnya, lembaga itu, sambungnya, seharusnya menjadi
penyangga filosofi besar bangsa dan negara Indonesia.
Padahal, kata dia, di Indonesia sendiri sejatinya sulit
sekali untuk merealisasikan ide khilafah yang dibawa HTI itu.
Hal itu bisa dilihat dari sisi teologis Khilafah Islamiyah
yang tidak ditemukan bagaimana bentuknya.
Menurutnya, khilafah yang sebenarnya didengung-dengungkan
oleh HTI adalah khilafah versi nabhani.
“Tetapi itu sebenarnya juga bukan khilafah yang dijalankan
oleh khulafaur rasyidin setelah nabi. Jadi sebetulnya yang mana yang mau
dipakai mereka sendiri juga tidak jelas,” bebernya.
Menurut Alissa, perlu strategi lebih efektif dan efisien
serta orang-orang yang militan untuk menjaga NKRI.
Perlu kader-kader yang memiliki keterampilan atau kecakapan
untuk menggerakkan masyarakat.
Kehadiran Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) sebagai lembaga yang terdepan dalam penanggulangan terorisme menurutnya sangat diharapkan peran sertanya.