Pernah curhat kepada teman dekatnya pada saat baru masuk
Pertamina.
"Djit, begitu masuk, gue periksa.
Ternyata negara impor crude oil dari PT A, B, C. D, E.
Harganya mahal banget, jenis crude-nya ngga pas dengan
kilang-kilang kita, mutu rendah, delivery lama, syarat-syarat pembayaran berat.
Trus gue buka tender sesuai syarat UU dan ISO-ISO.
Juga sekaligus semua barang dan jasa yang dibutuhkan
Pertamina setahun ke depan.
Gue umumkan di koran, TV dan Website kita.
Saatnya tender terbuka tiba, gue sediain aula di Kantor
Pusat, meja keliling segi-4, komputer lebih dari 100 unit.
Gue undang KPK, Kejagung, Polri, pers banyak banget, ICW dan
masih banyak lagi.
Sekali tender terbuka itu, gue dapat crude dari PT F, G, H,
I, J yang jauh lebih murah, jenis crude yang cocok dengan kilang-kilang kita,
mutu sangat tinggi, delivery jauh lebih cepat, syarat pembayaran lebih lunak.
Belum lagi semua barang lain yang lebih murah dan bermutu.
Sekali gebrak gitu, lu tau Djit, penghematan negara...?
US$ 16 juta...!!!
Tapi abis gitu gue dipanggil DPR.
Dua hari, Djit, gue dimaki-maki.
Gue jadi bingung Djit, trus gue mesti kerja gimana...?
Ngga taunya, gue motong bisnis banyak raja-raja kecil.
Di balik mereka jendral-jendral, ex mentri-mentri, pimpinan-pimpinan parpol.
Tapi kalo gue ngga ngebrak gitu, gue kan dikejar KPK,
Djit...?"
Demikian cerita almarhum Widya Purnama ex Dirut Pertamina ke
salah seorang sahabatnya.
Widya Purnama semasa menjadi Dirut Pertamina, dia lah yang
ngotot bahwa Pertamina mampu menjadi operator, tak sekedar bengong.
Juga, di masanya trading Oil & BBM dibenahi.
Semoga dimudahkan jalannya di alam baka.
Aamiin... Aamiin YRA... 😇😇😇
[Sumber: fb]