SWARAKYAT.COM - Nama salah seorang personel Project Pop tiba-tiba menjadi buah bibir setelah namanya disebut-sebut oleh Staf Ahli Menteri Kominfo Bidang Komunikasi Dan Media sosial Henri Subiakto dalam acara Dua Sisi TVone, Kamis (27/8/2020) malam.
Hermann
Josis Mokalu yang akrab disapa Yoshi Project Pop disebut sebagai orang yang
melatih para influencer pendukung pemerintah.
“… banyak
masyarakat yang kita coba menjadi aktivis, kita dorong mereka menjadi
influencer. Maka, program itu adalah program yang mendidik masyarakat.
Dilakukan oleh sebuah organisas dimana ketuanya kebetulan seorang influencer
juga,” kata Henri dalam acara yang juga menghadirkan Rocky Gerung dan Ali
Mochtar Ngabalin itu.
Ketika
Rocky bertanya siapa ketua influencer tersebut, Henri semula menolak
menyebutkan, namun setelah presenter TVOne mendukung pertanyaan Rocky, Henri
pun mengatakan begini:
“Ketuanya
ketua Siberkreasi Yoshi Makolu dari Project Pop. Dia adalah ketua yang melatih
yang namanya literacy kepada publik, kepada mahasiswa bagaimana menjadi
influencer, karena influencer itu adalah rakyat, influencer adalah dia memiliki
kreativitas, sehingga dia bisa mengomunikasikan yang baik, sehingga akhirnya
dia bisa menjadi sebuah kekuatan… “
Secara
sederhana, influencer adalah seseorang yang bisa memberikan pengaruh di
masyarakat. Mereka bisa merupakan selebritis, blogger, youtuber, ataupun
seorang public figure yang dianggap penting di komunitas tertentu. Umumnya,
seorang influencer memiliki jutaan pengikut (follower) di media sosial.
Dengan kata
lain, influencer adalah seseorang yang sudah terbentuk karena keahliannya dan
telah memiliki reputasi.
Hal ini
rupanya dipahami juga oleh netizen pemilik akun @KelanaJiwa3.
“Kok
influencer DIBENTUK? Influencer itu orang yang sudah JADI karena memiliki
keahlian dan reputasi tertentu, sehingga OMONGANNYA didengar dan dipercaya
orang lain. Karena kemampuannya mempengaruhi orang lain, dia disebut opinion
leader/influencer,” katanya seperti dikutip dekannews.com, Sabtu (29/8/2020).
Ia pun
mempertanyakan kapasitas Henri sebagai seorang guru besar di Universitas
Airlangga (Unair) dengan gelar profesor itu, karena mengatakan bahwa Yoshi
melatih masyarakat dan mahasiswa menjadi influencer.
“Prof ilmu
komunikasi kok gitu?” tanyanya.
Terungkapnya
fakta bahwa Yoshi adalah ketua influencer, menimbulkan kemarahan netizen. Foto
personel Project Pop itu pun kini berseliweran di media sosial, antara lain
diposting @rifai_ahmad79, plus data singkat selebritis itu.
“Hermann
Josis Mokalu. Agama: Kristen. Nama Lain: Yoshi Project Pop. Pekerjaan:
penyanyi, aktor. Lahir: 27 November 1970. Ahokers…,” katanya.
“Hei
@YosiMokalu ternyata kau pemecah persatuan NKRI. Tunggu masamu berakhir. Negeri
ini akan mencatat kau sebagai kreator yang banyak membuat kebencian. Dasar otak
perusuh kau!” umpat @BuDangkejr.
“Haha cuman
segitu otak lu yos @YosiMokalu? Setan pemecah belah juga ternyata. Provokator
memalukan!” maki @abah_kican.
“Oalaahhh,
penyanyi project pop yang suaranya abrkadabra cempreng tooo… Jadi penyanyi wes
gak laku, maka jadi ketua buzzerrp biar tetep ngebul dapur e,” cemooh
@kidungjiwa1.
Seperti
diketahui, masalah influencer menjadi pembicaraan publik setelah musisi Ardhito
Pramono dan YouTuber Gofar Hilman meminta maaf karena melambungkan tagar
#indonesiabutuhkerja bersama sejumlah artis seperti Gading Marten dan Siti
Badriah.
Keduanya
mengaku tak tahu kalau tagar itu untuk mendukung Omnibus Law RUU Cipta Lapangan
Kerja (Cilaka), karena saat job diterima, mereka tak diberitahu kalau tagar itu
terkait dengan RUU yang kontroversial dan ditolak banyak kalangan tersebut,
terutama buruh.
Masalah
influencer makin heboh setelah Indonesia Coruption Watch (ICW) merilis data
kalau sejak 2014 pemerintah melalui sejumlah kementerian, antara lain
Kementerian Komunikasi dan Informasi (Kominfo), telah mengalokasikan anggaran
hingga Rp90,45 miliar untuk influencer/buzzer.
Publik
menilai, program pembentukan influencer yang dilakukan pemerintah melalui Siberkreasi
yang dipimpin Yoshi, bukan program yang mendidik masyarakat seperti dikatakan
Henri, melainkan untuk kepentingan politik pemerintah.
Ini salah
satu yang dikatakan mereka:
“Influencer
bagi rezim untuk menutup kekurangan dalam tatakelola negara. Influencer buat
mengcounter kritik dari rakyat. Influencer dibutuhkan buat opini sesuai kemauan
rezim. Influencer sebagai alat propaganda. Dan mereka dibayar pake duit
rakyat???” cetus @novvi_dewi.