SWARAKYAT.COM - Tabel Cadangan Mineral ini diambil dari laporan tahunan Freeport McMoran (FCX) 2019. Perusahaan tambang ini punya 'cabang' di seluruh dunia. Salah-satunya di Indonesia, yang kalian kenal dengan nama PT Freeport Indonesia (PT FI).
Perhatikan tabelnya:
1. Cadangan emas (gold) Freeport McMoran (FCX) itu nyaris
semuanya ada di Indonesia. Kagak punya tambang di Indonesia, dia nggak punya
emas. Indonesia juga menguasai 30% cadangan tembaga.
2. Per 21 Desember 2018, NKRI membeli kepemilikan PT FI
hingga menjadi 51%, sebesar 3,85 milyar dolar. Setara 55 trilyun. Komposisi
kepemilikannya, NKRI punya 51%, FCX punya 49%.
3. Coba lihat tabel tsb. Catatan huruf d. Meski transaksi 21
Desember 2018, Freeport McMoran (FCX) masih memiliki kepentingan ekonomis
sebesar 81% hingga 2022. Kok bisa? Bisa. Karena yang kalian lihat, dengar,
saksikan bahwa kita sudah punya 51% itu, harus merujuk dulu 'shareholders
agreement'. Barulah 2023 FCX benar2 hanya bisa mengakui 49% (tepatnya 48,76%).
4. Berdasarkan klaim data PT FI, sumbangan mereka terhadap
penerimaan langsung ke negara terdiri dari pajak, royalti, fee, dan bentuk
pembayaran lainnya sejak 1992 hingga 2017 mencapai 17,3 miliar dolar. Sementara
berapa besar yang 'masuk kantong' McMoran? Mereka sepertinya lupa menyiapkan datanya.
Mungkin 10x dari itu 173 miliar (setara 2,508 trilyun). Mungkin lebih besar
lagi, mungkin lebih kecil lagi.
5. Tapi mau berapa
persisnya, coba kita tengok kehidupan penduduk asli saudara kita di Papua sana?
Silahkan simpulkan sendiri. Susah ngomong begini ke alay fans politik. Mereka
lebih sibuk dengan realitasnya sendiri. Ke pedalaman Papua saja tidak pernah.
Hanya modal lihat gadget, lihat berita2, lihat pencitraan, dia sudah merasa
tahu semuanya.
6. Maka, jika kita benar2 memang pemilik 51% secara
substansial, sudah saatnya semua kendali atas PT FI ini ada di tangan NKRI.
Nyari laporan keuangan PT FI terbaru saja kok susah, malah harus lihat
'induknya' Freeport McMoran. Baiklah, mungkin harus menunggu 2023, tapi mbok ya
minimal, laporan kuartal 2/2020 elu posting di website resmi sana. Biar rakyat
Indonesia (juga rakyat Papua) bisa lihat. Pakai bahasa Indonesia laporannya,
bila perlu pakai bahasa Papua, jelaskan sedetail2nya. Berapa pendapatan elu,
berapa beban elu, berapa untungnya, dll, dll.
Bos-bos tambang ini, digaji puluhan milyar. Maka mau sehebat
apapun gaya kalian, naik helikopter, hotel bintang lima, penerbangan kelas
eksekutif, bahkan bisa bawa jet pribadi, dsbgnya, dsbgnya, ingatlah, jika
perusahaan itu mayoritas pemiliknya adalah NKRI, maka itu berarti milik rakyat
Indonesia.
Dan selalu ingat pertanyaan ini. Ribuan trilyun dihasilkan
dari Freeport ini sejak berdirinya. Apakah saudara kami di Papua sejahtera?
Sebagian besar dari mereka bahkan tidak punya ide sama sekali berapa sih pendapatan
jualan emas dan tembaga dari tanah leluhur mereka setiap tahunnya. Please deh,
mereka tidak cukup hanya dikasih 50 ekor babi. Itu tanah mereka!
Saya ini penulis, hidup dengan 'mimpi2', 'idealisme', saat
menyaksikan sendiri anak2 Papua, sekolah dengan apapun keterbatasan, upcara
berdiri menghormati bendera merah putih, saya malu lihatnya. Mereka ngasih
banyak sekali ke negeri ini lewat tanah leluhurnya.
McMoran (dengan elit pemiliknya di sana), sudah terlalu lama
mengangkangi semuanya. Seharusnya, saat Indonesia bayar 55 trilyun utk
menguasai 51% saham, kita bisa tegas sekali ke mereka. Bahkan soal nama saja
(meski itu 'receh') tak sudi lagi pakai 'Freeport'. Tapi entahlah, semoga ke
depannya, tambang emas di Papua ini benar2 bisa bermanfaat bagi rakyat sekitar.
Sebelum cadangannya habis, hanya menyisakan gunung sompal, dan lorong2 dalam
laksana kerajaan kurcaci di dunia fantasi.
Tabik.
(By Tere Liye)
*Sumber: fb penulis