SWARAKYAT.COM - Paman saya suatu waktu pernah memberi nasehat.. Cha, jangan larut kali dalam dinamika dan hiruk pikuk politik. Nanti, salah - salah ucap dan salah - salah tulis resikonya besar. Seperti yang sering kita dengar dan lihat, banyak orang-orang hebat dan bahkan cukup berpengaruh, berurusan dengan hukum saat mereka mencoba menjadi KRITIS. Begitu panjang lebar Beliau menasehati saya saat itu pun hingga kini.
Namun, saya membandel, tanpa
sepengetahuannya saya diam-diam tetap menulis dan bahkan memberanikan diri
memposting beberapa tulisan yang bernada kritik terhadap pemerintahan saat ini
atau rezim Jokowi diberbagai akun media sosial yang saya punya.
Kekhawatiran Paman saya sebetulnya bukannya
tanpa alasan.. Realita yang ada didepan mata saat ini yang membuat Beliau
merasa khawatir sehingga menasehati saya agar "cukup sekedar tahu"
saja tidak usah terlalu lantang bersuara karena suara kita belum tentu sampai
dan kalaupun sampai belum tentu juga akan didengar. Begitu kurang lebih alasan
yang Paman saya tersebut uraiakan kepada saya.
Kemudian, pernah juga suatu waktu Beliau
mengungkapkan hal ini kepada saya. Saat itu tepatnya saat sedang heboh-hebohnya
Pilpres 2019. Kami berdua bahkan sekeluarga bisa dibilang pendukung "garis
keras" Bapak Prabowo Subianto saat itu.
Hasil Pilpres 2019 sudah sama - sama kita
ketahui, bahwa Pasangan Jokowi-Makruf Amin memenangkan kontestasi setalah
melalui proses yang sangat alot, bahkan pengumuman resmi kemenangannya
diumumkan tengah malam. Saking alot nya proses penentuan pemenang Pilpres 2019
yang lalu.
Kemudian, pasca pengumuman hasil keputusan
resmi, hingga sampai pada waktu Jokowi mengumumkan Menteri Penghuni Kabinetnya
dipemerintahannya periode ke II ini.
Sama-sama pula diketahui, bahwa Bapak
Prabowo Subianto sebagai penantang Jokowi akhirnya mengambil keputusan untuk
merapat atau bergabung kedalam kabinet Pemerintahan Jokowi.
Keputusan beliau tersebut cukup menuai pro
dan kontra bahkan kekecewaan pada sebagian pendukungnya, termasuk mungkin Paman
saya yang cukup kaget dan bisa dibilang "kecewa" dengan keputusan
Prabowo Subianto bersama partainya kala itu.
Namun kemudian kami memilih untuk
meyakinkan diri, mungkin Bapak Prabowo Subianto mempunyai berbagai alasan dan
pertimbangan sendiri terkait keputusannya tersebut.
Hingga, akhirnya Paman saya kembali
mengurai hal sebagai berikut ini:
Cha, dunia politik itu kejam sebab dalam
politik kawan bisa jadi lawan, dan sebaliknya.
Kemudian Beliau juga melanjutkan, jaman
sekarang ini sudah jarang orang - orang yang benar - benar idealis dan berjiwa
nasionalis layaknya Bung Hatta.
Bung Hatta adalah orang yang rela
meninggalkan kursi kekuasaan, disaat keputusan pemerintahan dirasa sudah tidak
sejalan dengan idealisme atau keyakinannya.
Beliau tidak tergiur oleh hiruk pikuk dan
gemerlapnya harta duniawai. Hingga akhir hayatnya, beliau teguh memilih untuk
tetap hidup dalam kesederhanaan, meski banyak peluang bagi seorang Bung Hatta
untuk bisa hidup dalam gelimang harta.
Saat ini, sudah "mulai jarang"
politikus yang benar-benar mempunyai niat yang tulus untuk memperjuangkan nasib
rakyat. Sekarang ini lanjut Beliau, kebanyakan orang - orang terjun menjadi
politikus HANYA untuk "berkuasa", hanya untuk mendapatkan kekuasaan.
Kemudian yang dengan kekuasaannya, Ia hanya
fokus bagaimana untuk bisa memperkaya dirinya pribadi dan meperkaya kelompoknya
saja selama mereka masih berkuasa, selama kekuasaan masih berada ditangan
mereka.
Janji manis kampanye hilang dan usai, saat
masa kampanye habis dan berakhir. Setelah mendapatkan mandat dari rakyat,
mereka lupa atau entah hilang ingatan tentang janji mereka untuk mmperjuangkan
kepentingan rakyat.
Tentu perlu kita garis bawahi,
"sebagian" diantara para politikus itu, sebab samasekali tidak ada
maksud untuk mengeneralisir bahwa semua
politikus itu sama.
Mari kita berharap saja, semoga masih ada
figur-figur politikus yang berani, jujur, idealis dan tulus layaknya Bung
Hatta, Bung Karno, Jenderal Soedirman dan Buya Hamka misalnya.
Paman saya mungkin terdengar cenderung
pesimis dan skeptis terhadap dunia perpolitikan dan para politikus yang ada di
negeri ini saat ini.
Tapi, padangan Beliau juga tidak bisa
sepenuhnya disalahkan, sebab berangkat dan bersebab juga dari carut marutnya
keadaan di Republik ini, saat ini.
Mulai dari kasus korupsi yang tiada henti,
ketimpangan hukum, belum lagi kesenjangan sosial-ekonomi yang semakin nyata
kita alami dan rasakan.
Yang saya uraiakan diatas memang cukup
pahit namun itulah realita yang ada.
Sangat sedih, pedih dan sangat disesalkan..
Padahal "mereka itu" dan
"kita ini" tinggal menjaga saja negara yang bernama Indonesia ini
sebenarnya.
Ibarat sebuah rumah, para pendiri bangsa
sudah "membangun" kan sebuah rumah yang indah bernama Indonesia untuk
kita semua, rakyat Indonesia.
Rumah yang bernama Indonesia tersebut
dibangun diatas perjuangan merebut tanah tumpah darah mereka dari tangan para
penjajah. Tidak sedikit diantara para leluhur kita yang gugur selama
memperjuangkan kemerdekaan bagi Republik ini.
Atas berkat Rahmah Tuhan Yang Maha Esa,
rumah bernama Indonesia itu telah jadi dan selesai dibangun diatas tanah hasil
tumpah darah mereka.
Tak lupa, mereka buatkan pula fondasi yang
kokoh bernama UUD 1945 dan Pancasila.
Sekarang ini, kita semua tinggal menjaga
saja rumah yang sudah dibangun diatas titik peluh dan darah perjuangan bahkan
nyawa para pendiri bangsa.
Memang bukan perkara yang mudah, tetapi
bukankah juga bukan merupakan suatu hal yang tidak mungkin?
Melalui tulisan ini, saya dengan kerendahan
hati mengajak kita semua, semua elemen dan lapisan masyarakat dimanapun berada.
Mari kita jaga dan lindungi rumah kita yang
bernama Indonesia ini dari berbagai gangguan dan ancaman.
Ada semak belukar yang harus senantiasa
"disiangi". Ada kecoak dan rayap yang perlahan tapi pasti siap
menggerogoti. Ada tikus dan ular yang kapanpun siap menebar bahaya dan ancaman.
Bagaimana caranya, rumah yang indah bernama
Indonesia ini tetap berdiri kuat dan kokoh meskipun tentu tantangan, halangan
dan rintangan selalu ada dan siap menanti??
Jawabannya :: ada pada setiap kita rakyat
Indonesia.
Long Life Indonesia, semoga bangunanmu
semakin hari semakin indah dan kokoh. Semoga bangunanmu semakin hari semakin
kuat dan tinggi.
Semoga Tuhan Yang Maha Kuasa selalu dan senantiasa
merahmati bangunan indah warisan para pendiri bangsa yang bernama Indonesia
ini, HARI INI, NANTI, HINGGA SAMPAI
SETERUSNYA NANTI..
Aamiin aamiin ya Allah ya rabbal
aalamiin...
Padang Pariaman, Sumatera Barat
16 September 2020