SWARAKYAT.COM - Jelang Oktober, publik selalu diingatkan dengan pembantaian tujuh jendral saat G30S/PKI 1965 di Jakarta. Namun sejarah mencatat ada beberapa kejadian pembantaian lain oleh PKI di beberapa daerah selama Oktober, di antaranya aksi PKI di Banyuwangi pada 18 Oktober 1965.
Aktivis Forum Pancasila Banyuwangi, Tawali Datuganggas
mengungkapkan pada saat era Orde Lama masa Bung Karno, disuarakan gegap gempita
aliansi Nasionalis, Agama dan Komunis (Nasakom). Namun di tingkat lokal gagasan itu tidak
selalu bisa berjalan mulus.
Ketika itu, papar Tawali, di Banyuwangi NU dan PNI di satu
pihak berseteru dengan PKI. Situasi
semakin memanas lantaran PKI menunggangi momentum, kompetisi politik pemilihan
Bupati Banyuwangi sebagai mesin konflik.
"Puncak konflik menjadi berdarah-darah. Terjadi pada
pasca-G30S/PKI. Pemberontakan gagal itu diikuti pembersihan PKI di berbagai
daerah. Namun di Banyuwangi PKI berani unjuk kekuatan," ungkap Tawali
dalam Keterangan tertulis, Selasa (26/9).
Mereka membantai Pemuda Ansor di Kecamatan Muncar. Tawali
mengungkapkan, awalnya Pemuda Ansor Kecamatan Muncar mereka undang pengajian.
PKI menyamar sebagai Pemuda Ansor kecamatan Gambiran di desa Karangasem
(sekarang desa Yosomulyo). Kedatangan mereka disambut dan dijamu Gerwani yang
menyamar sebagai Fatayat.
Ternyata makanan dan minuman yang disuguhkan sudah dicampuri
racun. Usai makan para Ansor lunglai tak
berdaya. "Saat itulah mereka dihabisi PKI," ungkapnya.
Tragedi itu mencatat 93 orang Pemuda Ansor tewas. Mayatnya
ditumpuk dalam lubang yang memang sudah digali sebelumnya. "Kemudian
tragedi pembantaian PKI berikutnya," jelas dia.
Pada 18 Oktober 1965 di Dusun Cemethuk, Desa Cluring,
kecamatan Cluring, Banyuwangi, tercatat 62 orang Pemuda Ansor dibunuh PKI dan
mayatnya dikuburkan dalam lubang-lubang yang sengaja sudah dipersiapkan.
"Di lubang maut Cemethuk ini sekarang berdiri Monumen Pancasila
Jaya," ungkapnya.
Pembantaian PKI ini, membuat Tawali dan Aktivis Forum
Pancasila Banyuwangi menolak lupa atas kejamnya mereka saat itu. Ia pun
berharap jangan pernah masyarakat membiarkan fakta sejarah ini ikut terkubur di
lubang-lubang pembantaian PKI seperti di Banyuwangi.
"Ingat-ingatlah! Agar pengorbanan nyawa ratusan syuhada
Banyuwangi itu tidak sia-sia belaka. Waspada, PKI di sekitar kita bisa menunggang
apapun, ternasuk demo masyarakat maupun sidang pengadilan, untuk menebar
konflik dan membakar amarah warga," ungkapnya.