SWARAKYAT.COM - HEWAN sering jadi perumpamaan.
Manusia yang sering beriringan dan bertegur sapa silaturahim
dimisalkan komunitas semut. Mereka yang selalu menjaga masukan dan bagus
keluaran itulah lebah. Anjing adalah tipe penista, diusir menjulurkan lidah,
dipanggil juga menjulurkan lidah.
Babi itu hewan yang tak pedulian dan jorok. Bebek
"ikhlas" digiring-giring. Macan ditakuti dan disegani. Macan Asia
adalah gelar pertumbuhan ekonomi negara Asia yang dikagumi.
Kodok hidup di dua alam. Berenang dengan menendang dan
berjalan di darat melompat. Bersuara ramai tak berirama. Umumnya menjijikkan.
Manusia dinilai aneh jika hobby memeliharanya. Dimakan oleh orang-orang aneh
pula. Anak kodok hanya kepala dan ekor.
Berubah bentuk saat dewasa. Cebong, sebutan anak kodok,
hanya hidup di air. Mati di darat. Harus selalu "berbasah-basah".
Bangsa Indonesia yang beragama dan berbudaya jangan menjadi
bangsa kodok. Bangsa inkonsisten yang diombang ambing "alam". Mudah
berubah tergantung pada koloni atau hegemoni.
Selalu maju ke depan tak bisa mundur, aib rasanya untuk
mundur. Ketika maju di tempat basah perlu menendang sana sini. Di tempat kering
melompat lompat cari makan dan keamanan.
Bangsa kodok adalah bangsa yang nyaman dibodohi dan
dininabobokan. Dibunuh pelan-pelan dengan "kehangatan". Dimakan
ideologi asing tanpa terasa secara halus dan sistematis. Adapun yang mahir
membunuh tanpa belas kasihan adalah Komunis.
Dalam artikel "A Nation of Frogs" William A.
Borst, Ph.D. menulis dengan pas tentang komunis yang "memasak" bangsa
kodok.
"The fact is Communism is still very much alive and thriving in this country. It has taken on
a more subtle, destructive guise. The situation is analogous to the frog that
is put into a pot of tepid water. If the cook were to quickly increase the
temperature of the water, the frog would quickly jump out to safety. But the
smart cook increases the temperature, only gradually, so that the poor frog
does not realize it is being slowly but surely boiled to death".
Nah begitulah komunis membuat nyaman dan secara pelan-pelan
dan bertahap membunuh bangsa kodok.
Indonesia harus waspada pada negara Komunis RRC yang mampu
menghangatkan secara gradual hingga panas yang mematikan. Investasi dan debt
trap adalah jalan "the poor frog doesn't realize it is being slowly but
surely boiled to death".
Sekali lagi penyelenggara negara jangan berupaya menciptakan
kondisi rakyat menjadi bangsa kodok. Sadarlah bahwa itu sama saja dengan
menjerumuskan rakyat dan bangsa Indonesia ke dalam panci besar "perebusan"
kematian.
(Pemerhati politik dan kebangsaan.)
Oleh:M. Rizal Fadillah