SWARAKYAT.COM - Pemungutan suara awalnya dijadwalkan pada 19 September, tapi sekarang diundur hingga 17 Oktober.
Tanggal baru akan memungkinkan para partai "untuk
menyesuaikan rencana dengan berbagai keadaan yang akan dihadapi selama
kampanye", kata Ardern pada hari Senin (17/08).
Awal pekan ini, kota terbesar di Selandia Baru kembali
dikarantina.
Selandia Baru kembali lockdown Kota Auckland, akhiri 102
hari tanpa penularan lokal
Sudahkah kita menang melawan Covid-19?
Apa yang bisa dipelajari dari 'gelombang ketiga' Covid-19 di
Hong Kong?
"Keputusan ini memberi semua partai waktu untuk
berkampanye selama sembilan pekan ke depan dan Komisi Pemilihan cukup waktu
untuk memastikan pemilu bisa berjalan," kata Ardern, seraya menambahkan
bahwa ia "sama sekali tidak berniat" untuk menunda pemungutan suara
lebih lama.
Kelompok oposisi, Partai Nasional, telah mengatakan pemilu
harus ditunda karena pembatasan kampanye berarti pihak Ardern diuntungkan
secara tidak adil.
Pembatasan diberlakukan di Auckland pada hari Rabu (12/08)
setelah sejumlah infeksi baru ditemukan di kota tersebut.
Sembilan kasus virus corona baru dikonfirmasi pada hari
Senin, menambah jumlah kasus aktif yang terkait dengan klaster Auckland menjadi
58.
Hasil penelusuran awal menemukan wabah itu berasal dari satu
keluarga, namun Ardern belakangan mengatakan bahwa pelacakan kontak berikutnya
mendapati kasus sebelumnya yang melibatkan pekerja toko yang jatuh sakit pada
31 Juli.
Seorang pejabat kesehatan yang mengenal keluarga itu
mengatakan kepada surat kabar New Zealand Herald bahwa mereka
"terkejut" dan "sedikit malu bahwa hal itu terjadi pada
mereka".
Pengumuman bahwa kasus baru telah ditemukan mengejutkan
Selandia Baru, yang tidak mencatat kasus penularan lokal selama lebih dari tiga
bulan.
Ada empat "tingkat kesiagaan" di Selandia Baru,
dan Auckland berada di Level 3 sejak pembatasan baru diumumkan. Tempat lainnya
ada di Level 2.
Sebelum klaster baru diidentifikasi, pemerintah mencabut
hampir semua pembatasan lockdown, yang pertama kali diberlakukan pada bulan
Maret.
Selandia Baru melaporkan lebih dari 1.600 infeksi dan 22
kematian sejak pandemi dimulai, menurut catatan Universitas Johns Hopkins.
Pemberlakukan lockdown lebih awal, pembatasan yang ketat di
perbatasan, pesan kesehatan yang efektif, serta program uji-dan-lacak yang
agresif semuanya disebut telah hampir menghilangkan virus corona di negara itu.