SWARAKYAT.COM - Mengapa sejumlah menteri dan buzzer bayaran menyerang habis tindakan Gubernur DKI Anies Baswedan memberlakukan kembali PSBB?
Hanya ada satu jawaban yang logis: bahwa reputasi Anies
lebih mudah dijatuhkan lewat kekacauan akibat wabah Covid-19. Para penguasa dan
buzzer bayaran menunggu-nunggu blunder Anies dalam melindungi rakyat Jakarta.
Mereka punya ‘harapan dengki’ agar penularan Covid di DKI tak terkendali dan
banyak korban nyawa. Dengan begini, mereka semakin mudah menyulut sentimen atau
opini publik. Mereka akan mengatakan bahwa Anies tidak punya kompetensi menjadi
gubernur.
Itulah yang mereka inginkan. Tetapi, Anies paham betul
angan-angan mereka itu. Dia tidak buang-buang waktu. PSBB baru adalah jawaban
yang tepat untuk menekan penyebaran virus. Tidak ada cara lain. Di mana pun di
dunia ini, pembatasan aktivitas publik dan edukasi perlindungan diri adalah
tindakan yang selalu diambil.
Nah, para penguasa dan buzzer sudah membaca itu. Anies,
insyaAllah, akan berhasil menekan penularan Covid lewat PSBB. Mereka tidak
ingin Anies sukses. Kemauan mereka, Jakarta akan mengalamai kekacauan besar.
Korban nyawa belasan ribu. Fasilitas kesehatan kucar-kacir di mana. Korban
nyawa petugas medis bertambah banyak, dlsb.
Itu yang mereka dambakan. Situasi Covid menjadi tak
terkendali. Sehingga, semua telunjuk akan mengarah ke Anies. Dia menjadi
terpojok. Demoralized. Hancur berantakan. Sampai akhirnya, menurut nafsu para
penguasa dan buzzer yang membenci Anies, Pak Gubernur yang smart ini akan
mengambil ‘jalan pintas’. Kemudian Anies, secara ‘gentleman’, akan menyatakan
dirinya tak sanggup melanjutkan mandat sebagai gubernur.
Tercapailah angan-angan para penguasa dan buzzer bayaran.
Sayangnya, angan-angan kosong itu baru bisa terjadi kalau Anies ragu-ragu
memberlakukan PSBB kembali. Kalau Anies mengikuti ‘keinginan politis’ Menko
Perekonomian Airlangga Hartarto. Dan kalau Anies mengikuti ‘keinginan jahat’
para buzzer bayaran itu.
Alhamdulillah, Anies paham betul. Dan dia tegas. Airlangga
tidak bisa mengatur Anies. Para buzzer juga hanya bisa gigit jari dalam
ketololan mereka.
Menko Airlangga berpendapat dampak ekonomi-bisnis akibat
PSBB Jakarta akan besar. Airlangga lupa bahwa perekonomian Indonesia memang
sudah bermasalah sebelum Corona masuk ke sini.
Dia menyebut harga saham ISHG merosot 5%. Tapi, kenyataannya
indeks saham kembali pulih, empat hari berikutnya. Bouncing back ke posisi di atas
5,000. Tidak ada masalah dengan PSBB. ISHG turun ibarat daun putri malu yang
menguncup ketika tersenggol sedikit. Setelah itu, kembali normal.
Dan, memang begitulah karakteristik investasi portofolio
(portfolio investment). Para pedagang saham di mana pun juga selalu khawatir
ketika ada kebijakan yang menyangkut ‘movement’ orang banyak.
Namun, khusus terhadap manajemen Covid-19 di Jakarta, para
pemain saham (domestik dan internasional) ternyata menaruh kepercayaan pada
‘leadership’ yang diperlihatkan oleh Anies. Bahwa mereka ‘tersengat’ sedikit
akibat pemberlakuan PSBB tentu sangat wajar.
Sejumlah menteri dan para buzzer bayaran seratus persen
bermisi politik ketika mengomentari PSSB yang diaktifkan kembali oleh Gubernur.
Mereka sadar gangguan ekonomi tidak akan bisa menjatuhkan reputasi Anies.
Sebab, resesi ekonomi adalah dampak global Covid-19 yang melanda semua negara
di dunia. Rakyat paham kesulitan ekonomi bukan hanya melanda Indonesia. Tapi,
seluruh dunia.
Sekali lagi, para penguasa dan buzzer bayaran berusaha agar
PSBB tidak diterapkan. Supaya amuk Corona semakin menjadi-jadi. Dan Anies
bertekuk lutut.
Mereka berdoa agar Mr Goodbener akan sama dungunya dengan
mereka. Mereka pikir Anies terpengaruh oleh momok ekonomi yang mereka lantunkan
dengan keras itu. Mereka sangka Pak Gub akan mundur dari PSBB dan mereka senang
korban nyawa banyak.
Mereka ingin sekali Anies Baswedan jatuh lewat kekacauan
Covid-19.
17 September 2020
By Asyari Usman