SWARAKYAT.COM - Departemen Pertahanan Amerika Serikat mengklaim, China tengah berupaya membangun jaringan militer di sebagian besar wilayah Samudra Hindia, termasuk Indonesia.
Menyadur Nikkei Asian Review, Pentagon lewat laporan setebal 200 halaman mengatakan China mungkin menganggap negara-negara Afrika, Asia Tenggara, dan Asia Tengah sebagai lokasi pontesial membangun fasilitas militer.
"Ini menandai pertama kalinya pengamatan semacam itu
muncul dalam laporan," kata Zack Cooper, peneliti di lembaga think tank
American Enterprise Institute yang berbasis di Washington, dalam webinar AEI.
Selain Myanmar, Thailand, Singapura, Indonesia, Pakistan,
Sri Lanka, dan kawasan lain yang disebutkan itu, China diklaim telah membuat
tawaran ke Namibia, Vanuatu dan Kepulauan Solomon, demikian dalam laporan
tersebut.
"Laporan baru itu menekankan pada keinginan China untuk
bertindak secara global," kata mantan staf Pentagon Cooper.
Kepercayaan Washington pada ambisi proyeksi kekuatan Beijing
di seberang Samudra Hindia, berasal dari bagaimana China membuka pangkalan permanen
permanen pertamanya di luar negeri pada tahun 2017 di Djibouti, di ujung
Afrika.
Situs Djibouti sejauh ini adalah satu-satunya pangkalan
militer luar negeri China. Beijing mencirikannya sebagai basis dukungan untuk
tujuan seperti bantuan kemanusiaan dan misi pengawalan.
Pentagon mengklaim kehadiran militer China di Djibouti
memberi Beijing kemampuan untuk mendukung tanggapan militer terhadap
kemungkinan yang mempengaruhi investasi China dan infrastruktur di kawasan
tersebut.
"Serta sekitar 1 juta warga China di Afrika dan 500.000
di Timur Tengah," kata laporan Pentagon.
Menurut laporan tersebut, Amerika Serikat juga dikatakan
percaya bahwa Kamboja telah menandatangani perjanjian rahasia dengan Beijing
untuk mengizinkan angkatan bersenjata China menggunakan salah satu pangkalan
angkatan lautnya.
percaya bahwa Kamboja telah menandatangani perjanjian
rahasia dengan Beijing untuk mengizinkan angkatan bersenjata China menggunakan
salah satu pangkalan angkatan lautnya.
Pemerintah China tidak mengakui keberadaan strategi
tersebut. Namun, para analis melihatnya sebagai upaya untuk mengepung negara
saingan yang potensial, India.
Laporan Pentagon mengatakan Beijing setidaknya akan
menggandakan stok hulu ledak nuklirnya selama dekade berikutnya dari perkiraan
levelnya saat ini di 200-an.
Ini secara ekstensif membahas strategi fusi militer-sipil
China, yang mencakup "memanfaatkan layanan sipil dan kemampuan logistik
untuk tujuan militer" kata laporan tersebut.[]