SWARAKYAT.COM - Ahli Sejarah PKI Prof Aminuddin Kasdi memaparkan tipu muslihat PKI sebelum terjadinya gerakan 30 September 65 atau Gestapu.
Menurutnya, sejarah mengajarkan bahwa sejak dulu PKI
menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuannya.
Lebih dari itu, PKI suka membalikkan fakta kemudian mencari
kambing hitam dan sengaja memancing kemarahan umat Islam dengan menista ajaran
Allah SWT.
“PKI itu memang menghalalkan segala cara, tidak ada yang
haram dan batal, semuanya boleh,” kata Prof Aminuddin Kasdi, Ahad (27/9).
Dijelaskannya, PKI melakukan pemberontakan pada tahun 1948
di Madiun. Namun, pimpinan PKI DN Aidit membalikkan hal itu dengan kampanye
yang meninabobokan, sehingga masyarakat lupa akan peristiwa kelam itu dan
menyalahkan Bung Hatta.
“Banyak sekali tindakan PKI yang meninabobokan masyarakat
dan menghina Islam sehingga menimbulkan kemarahan,” katanya.
Dijelaskannya, dalang peristiwa kelam G30S/PKI 1965 itu
jelas memang PKI. Mereka melakukan demisioner kabinet, membentuk dewan revolusi
Indonesia dan juga menentukan kepangkatan dalam hierarki tentara.
“Itu kan menyatakan makar, kudeta. Bahkan sebelum Gestapu,
pentolan PKI telah bertemu dengan dedengkot PKC (Partai Komunis China),”
tegasnya.
Namun, saat ini mereka ingin membalikkan itu semua dengan
menyatakan diri sebagai korban dan mengkambinghitamkan TNI AD, mereka mengaku
sebagai korban, karena mereka ini memandang peristiwa G30S/PKI adalah setelah 1
Oktober 65 dan yang dituduh adalah angkatan darat.
“Padahal yang bergerak saat itu adalah massa non komunis
yang marah atas pengambilalihan kekuasaan oleh PKI” katanya.
Ditambahkannya, jauh sebelum peristiwa Gestapu, PKI sudah
banyak melakukan tindakan keji, termasuk peristiwa Madiun 1948.
Diantaranya adalah peristiwa Kanigoro yang terjadi pada
tanggal 13 Januari 1965. PKI menyebar fitnah bahwa para kyai, para haji dan
para guru ngaji itu termasuk dalam tiga setan dari 7 setan desa yang ada waktu
itu.
“Mereka stigmakan kyai, haji dan guru ngaji itu tiga setan.
Jadi itu sangat menyakiti hati umat Islam,” katanya.
PKI dan simpatisannya juga dengan semena-mena merebut
tanah-tanah wakaf yang luas, misalnya di Gontor dan Kediri. Padahal,
tanah-tanah wakaf itu dikelola oleh pondok pesantren, masjid, dan madrasah,
karenanya umat mempertahankan.
“Yang mengelola pimpinan NU setempat sehingga terjadilah
bentrok dengan Banser dan Anshor melawan PKI,” tegasnya.
PKI juga secara sengaja dan terang-terangan melakukan
penistaan agama Islam yang dipertontonkan melalui pertunjukan budaya. Yakni
lewat Ketoprak dan Ludruk.
“Mereka menista agama melalui pagelaran ketoprak dan ludruk
dengan lakon “Matinya Gusti Allah”, dan ‘Sunate malaikat Jibril’. PKI juga
menyebut “Gusti Allah Sudah Tidak Ada. Semuanya itu menghina Islam,” tegasnya.