SWARAKYAT.COM - Media Thailand membantah telah melaporkan distorsi terkait demonstasi anti pemerintah dan akan tetap terjun memberitakan aksi meskipun ada larangan pemerintah.
Direktur Voice TV Makin Petplai menyampaikan medianya telah
menyampaikan pemberitaan sesuai dengan etika pers yang berlaku dalam meliput
demonstrasi anti pemerintah.
“Kami menjalankan tugas sesuai prinsip jurnalistik tanpa
menyesatkan informasi, menimbulkan kesalahpahaman, atau menyabotase keamanan
nasional atau ketertiban dan ketertiban publik,” tulis Makin Petplai dalam
pernyataannya di Facebook, dilansir Anadolu Agency, Senin(19/10).
Sementara itu, editor The Standard Nakarin Wanakijpaibul
menegaskan sebagai anggota pers, medianya tidak akan berhenti meliput karena
kegiatan tersebut merupakan hak asasi manusia.
“Kami akan tetap menjalankan tugas sesuai prinsip
jurnalistik, etika, dan hak serta kebebasan kami di bawah aturan hukum,” kata
Nakarin Wanakijpaibul dalam pernyataannya.
Sedangkan Prachatai menegaskan sebuah kehormatan bagi
medianya untuk melaporkan informasi akurat tentang hak asasi manusia dan
perkembangan politik di Thailand.
“Kami akan berusaha sebaik mungkin untuk terus
melakukannya,” tulis Prachatai English dalam pernyataannya.
Pemerintah Thailand pada Senin memerintahkan regulator
penyiaran nasional untuk menyensor empat situs berita online untuk setiap
konten yang melanggar keputusan darurat.
Situs-situs tersebut antara lain Voice TV, situs web Prachathai.com,
The Reporters dan The Standard.
Otoritas Thailand juga hendak menutup halaman Facebook
kelompok pro-demokrasi Free Youth.
The Reporters merupakan media berbasis Facebook. Sedangkan
The Standar adalah media berbasis web, namun memiliki halaman Facebook.Voice TV
juga memiliki halaman Facebook.
Keputusan darurat, yang diberlakukan sejak Kamis,
memungkinkan otoritas Thailand melarang media dan informasi lain yang dianggap
mengancam keamanan nasional.
Langkah itu dilakukan ketika aksi unjuk rasa menentang
pemerintah telah menyebar ke seluruh negeri, terutama setelah para pemimpin
demonstrasi ditangkap.
Gerakan Free Youth dan the United Front for Thammasat and
Demonstration telah meminta demonstran untuk beralih dari halaman Facebook
mereka ke Telegram, aplikasi perpesanan, setelah rumor bahwa mereka akan
menjadi sasaran pihak berwenang.
Thapanee Eadsrichai, pendiri The Reporters, memposting pesan
Facebook yang mengatakan medianya masih terus beroperasi pada Senin.
Mantan menteri keuangan dan kritikus pemerintah Thirachai
Phuvanatnaranubala juga mengecam langkah polisi di akun Facebook-nya, dengan
mengatakan negara itu bergerak mundur menuju “kediktatoran sepenuhnya”.
Thailand diguncang protes anti pemerintah selama tiga bulan
terakhir yang menuntut tiga hal yakni pengunduran diri Perdana Menteri Prayut
Chan-o-cha, reformasi monarki, dan konstitusi baru yang demokratis. (*)