SWARAKYAT.COM - Pengamat Politik Rocky Gerung menilai
Golkar pantas dimusuhi karena dianggap sebagai sponsor di balik pengesahan UU
Cipta Kerja atau UU Omnibus Law. Sebab Baru-baru ini Golkar dan PDIP disebut
oleh Lembaga Penelitian, Pendidikan dan Penerangan Ekonomi dan Sosial (LP3ES)
menjadi sasaran kemarahan publik atas disahkannya UU Omnibus Law Cipta Kerja.
Rocky Gerung menyatakan baik PDIP dan Golkar memiliki peran
tersendiri dalam munculnya UU Omnibus Law.
Kata Rocky, partai beringin sebenarnya memang pantas untuk
dimusuhi. Sebab andilnya cukup besar untuk terciptanya UU tersebut.
“Golkar memang pantas untuk dimusuhi dalam soal Omnibus Law
itu, karena dia sponsornya tuh,” kata Rocky dalam saluran Youtube-nya, Selasa
20 Oktober 2020.
Di awal-awal pembicaraan, publik, kata dia, seakan mendapat
kesan bahwa PDIP akan beroposisi pada Golkar. Sebab seperti diketahui, PDIP
menganggap persoalan mengenai ketenagakerjaan itu adalah wilayah dia.
Bahkan UU Tenaga Kerja itu dirancang disaat PDIP berkuasa.
Menjadi mahfum jika PDIP dikenal sebagai partai yang pro terhadap buruh
kemudian. Akan tetapi, semua seolah menjadi berubah pada UU Omnibus Law ini,
karena partai itu seakan patuh pada Golkar.
Maka itu, kata dia, mestinya jika dibandingkan dengan
substansi Omnibus Law saat ini, seharusnya PDIP ngamuk pada Golkar.
“Karena basisnya yang lebih masuk akal sesuai ideologi PDIP,
yakni nasionalisme, solidaritas sosial, dan demokrasi kerakyatan, harusnya
pakai undang-undang yang dia buat sendiri. Sedangkan Golkar adalah plakat dari
konglomerasi, plakat dari bisnis society, jadi ngapain PDIP pro kepada Golkar.
Logika itu yang kemudian jadi enggak masuk akal publik kan?”
Rocky kemudian menerangkan jika selama ini secara basis
ideologi, PDIP dianggap pro terhadap buruh. Tetapi pada Omnibus Law ini, justru
mereka seolah dukung UU yang anti terhadap buruh. Dari sanalah kemudian timbul
kebencian kepada PDIP, jika mengacu pada analisis LP3ES.
“Jadi masuk akal temuan LP3ES. Bukan survei masyarakat harap
dukung paralel dengan logika umum, karena PDIP harusnya menolak, berbeda dengan
Golkar.”
Maka itu, Rocky pun menyebut kini partai moncong putih itu
seolah mulai kena getahnya dari aksi yang diperbuat Golkar, dengan mendulang
kebencian di publik.
“Jadi pohonnya berbuah banyak, tapi dia mendapat bagian yang
sial, yakni getah. Dan itu makin ditambah dengan sikap Bu Puan yang menutup mik
itu di DPR,” kata Rocky lagi.
Sementara itu Tomi Satryatomo dari LP3ES menyatakan
kemarahan publik atas pengesahan omnibus law Undang-undang Cipta Kerja tertuju
kepada PDIP dan Golkar.
“Kita bisa lihat baik di PDIP maupun di Golkar muncul
ekspresi kemarahan luar biasa,” kata Tomi dalam webinar, Minggu, 18 Oktober
2020.
Temuan ini berasal dari analisa LP3ES Media Analytics pada
3-13 Oktober 2020. Di mana cakupan pantauan percakapannya adalah Twitter dan
media massa (400 media online nasional dan daerah).
Dari emotional analysis, Tomi mengatakan, kemarahan
masyarakat ke PDIP berisi rasa marah yang kuat, kaget, dan takut. Kemarahan ini
seiring dengan insiden mikrofon mati. Sedangkan Golkar didominasi rasa marah
yang luar biasa kuat, diikuti rasa kaget dan rasa percaya.
Hal ini juga sejalan dengan munculnya tagar-tagar populer,
seputar kemarahan publik pada dua partai ini. Untuk PDIP, tagar didominasi
kemarahan, kata-kata kasar, makian, dan PKI. Sebut saja tagar
RezimPenjahatKonstitusi, TenggelamkanPDIP, BatalkanOmnibusLaw, hingga
BangsatBangsa.
Sedangkan Golkar juga diisi tagar berupa kemarahan, kata-kata kasar, makian.Tagar yang muncul, misalnya DPRRIKhianatiRakyat, RezimPenjahatKonstitusi, BangsatBangsa.