Salah satu yang dikenang Megawati dari sang ayah adalah hobi
Bung Karno yang gemar membaca. Menurut Megawati, kegemaran membaca Sukarno ini
menjadi salah satu rujukannya saat memperjuangkan kemerdekaan Indonesia.
Megawati menilai hobi membaca Sukarno ini harusnya dicontoh
oleh generasi muda saat ini.
"Menurut saya harus dicontoh oleh kalangan muda.
Mengapa bisa menyerap sampai begitu banyak pengetahuan lewat buku," kata
Megawati.
"Dan beliau katakan saya coba berimajinasi, ketemu dengan orang, itu saya mengikuti kalau baca buku. Mencoba membayangkan situasi pada waktu itu," lanjut Ketum PDIP itu.
Lebih lanjut, Megawati menyebut, kegemaran membaca ini
kemudian menjadikannya sebagai seorang penulis. Buah-buah pemikiran Sukarno,
kata Megawati, penting dalam perkembangan sejarah Indonesia.
Oleh sebab itu, dalam webinar yang juga dihadiri Mendikbud
Nadiem Makarim ini, Megawati mengusulkan agar buku-buku Sukarno dijadikan
kurikulum dalam pendidikan Indonesia.
"Alangkah sayangnya maksud saya, dari pikiran-pikiran
yang telah diserap oleh seorang Bung Karno, yang seharusnya kalau menurut saya
Pak Nadiem, itu harus jadi salah satu kurikulum untuk baca," kata
Megawati.
"Karena apa, menurut saya membaca buku Bung Karno
selain membuka jendela dunia, dengan beliau bertemu tokoh-tokoh dunia, itu juga
mengekstrasi pikiran-pikiran dari banyak tokoh dunia yang dikenal beliau lewat
buku-bukunya. Ya sosial, politik, budaya, ekonomi," lanjut dia.
Dalam kesempatan itu, Megawati juga sempat mengenai masa di
Orde Baru ketika hasil buah pemikiran Bung Karno yaitu buku-bukunya tak boleh
beredar di tengah masyarakat. Masa ini dikenang Megawati sebagai era
desukarnoisasi.
Megawati mengaku heran mengapa sampai buku-buku Sukarno
sampai dilarang beredar.
"Jadi bayangkan kita manusia Indonesia sepertinya waktu
zaman Pak Harto itu enggak boleh orang baca buku beliau. Saya suka mikir,
kenapa ya kalau sebagai pengetahuan? Tidak boleh, bagian dari politik
desukarnoisasi enggak ada orang berani ngomong," kata Megawati. (*)