Situasi ekonomi yang tengah dalam tekanan berat tersebut
memiliki konsekuensi tersendiri. Ekonom Indef Bhima Yudistira mengatakan,
situasi ini akan mengarah pada gelombang kebangkrutan massal perusahaan di
dalam negeri.
“PHK di berbagai sektor masih akan terjadi dan menyumbang
angka pengangguran serta kenaikan jumlah orang miskin baru,” kata Bhima saat
dihubungi SINDOnews di Jakarta, Kamis (5/11/2020).
Menurut dia, sektor tradable (produksi barang) lesu dan
sumbangan terhadap produk domestik bruto (PDB) cenderung menurun. Industri
manufaktur masih berada di bawah 20% dari PDB, dan sektor pertanian mengalami
penurunan dari 15,4% pada kuartal II/2020 menjadi 14,6% di kuartal III/2020.
Sementara, sektor non-tradable/jasa semakin mendominasi
perekonomian. Dia mencontohkan sektor jasa informasi dan komunikasi yang berada
di atas 4,5%, dan jasa konstruksi 10,6% dari PDB.
“Kualitas ekonomi yang menurun akan mengancam serapan kerja
pada tahun 2021 karena sektor non-tradable serapannya cenderung lebih rendah
dibandingkan sektor tradable atau penghasil barang seperti industri pengolahan
dan pertanian,” katanya.
Saat ini, kata dia, laju pertumbuhan industri manufaktur
belum ada perbaikan yang signifikan, yakni masih bertahan di level negatif
menjadi -4,3%. “Ini menjadi indikasi sektor manufaktur masih alami tekanan yang
cukup dalam seiring belum pulihnya permintaan di dalam dan pasar ekspor,”
tandasnya.