Menurutnya, perbedaan sikap itu aneh. Pasalnya, tentara yang
menyambut kepulangan Rizieq berakhir dengan tangan diborgol.
Sebaliknya seseorang yang menghina Rizieq justru mendapat
penjagaan pihak keamanan.
"Aneh juga memang kalau yang jemput habib seorang
tentara diborgol. Yang menghina habib dijagain rumahnya. Saya kira ini sudah
kebalik ini dunia. Sudah gak benar seperti itu.
Yandri berujar ke depan perlu ada pembenahan tata kelola dan manajemen pemerintah dalam merespon persoalan sangat sensitif, semisal dua contoh kasus tersebut.
"Jadi jangan yang justru menghina habib dilindungi
seperti dipagar betis rumahnya karena takut di demo. Tapi yang menyerukan ahlan
wa sahlan kepada habib di bandara langsung diborgol. Saya kira ini keterlaluan
menurut saya," tutur Yandri.
Sebelumnya, Yandri sekaligus memandang istilah lonte yang
digunakan Habib Rizieq dalam ceramah di Maulid Nabi Muhammad SAW tidak masalah.
Sebab, kata dia, ucapan itu ditujukan memang untuk seseorang yang diduga
menghina Rizieq.
"Ya itu mungkin pelajaran bagi orang-orang yang
menghina habib. Gapapa juga. Bagus juga itu," kata Yandri di Kompleks
Parlemen Senayan, Jakarta, Senin (16/11/2020).
Yandri berpendapat isi ceramah Rizieq sendiri sudah bagus.
Terlepas dari kontroversi yang timbul, ia berujar sebaiknya tidak ada tafsiran
yang mengadili dan berpendapat tidak bagus kepada seorang ulama atau habib.
"Jadi yang disampaikan oleh Habib Rizieq, isi pokoknya
saya kira perlu saling menghormati lah kira-kira. Ini kan yang memulai kan yang
perempuan itu. Bukan habibnya yang memulai," ujar Yandri.
"Jadi saya kira untuk mengingatkan semua pihak. Tidak
boleh saling meniadakan. Kira-kira begitu," tandas Yandri.[]