Bahkan Cak Nun menyinggung Surat Al-Falaq Ayat 5 ketika
melihat situasi saat ini antara Polisi dan HRS.
Cak Nun juga menyebut bahwa polemik tersebut bukanlah soal
nasionalisme, ataupun keutuhan Indonesia di masa depan.
Menurut Cak Nun, polisi dan HRS adalah masalah sakit hati
dan penyerangan.
Ini soal dendam dan pembalasan, kepentingan antara kelompok
masing-masing di masyarakat bersifat seklusif, atau berbeda-beda.
Hal tersebut disampaikan oleh Cak Nun pada tulisan di situs
web caknun.com pada Rabu, 9 Desember 2020.
"Ini bukan soal Persatuan dan Kesatuan. Kita ini tidak
inklusif. Masing-masing kelompok kepentingan di antara kita ini seklusif,"
tulis Cak Nun.
"Ini bukan nasionalisme. Ini bukan kebersamaan dan
keutuhan untuk masa depan. Ini bukan kemashlahatan seluruh rakyat,"
lanjutnya, seperti dikutip dari situs caknun.com pada Kamis, 10 Desember 2020.
Lebih lanjut, dirinya mengatakan bahwa polemik antara Habib
Rizieq dan Polisi merupakan sakit hati dan penyerangan, bahkan soal dendam dan
pembalasan.
Namun, Cak Nun melihat hal tersebut merupakan hal bersifat
sosial, karena manusia tak luput dari kesalahan.
Cak Nun juga mengutip salah satu firman Allah SWT yaitu
Surat Al-Falaq Ayat 5, yang merupakan perintah Allah kepada manusia untuk
berlindung dari kedengkian orang-orang pendengki.
"Kita bukan Malaikat, kita manusia biasa. Takdir utama
makhluk manusia adalah potensi hasad, makanya Allah nyuruh manusia berlindung
“wa min syarri hasidin idza hasad”," tambahnya.
Sealin itu, Cak Nun juga mengingatkan bahwa manusia tak
luput dari kesalahan.
"Apalagi “Al-insanu mahallul khaththa` wan-nisyan”.
Manusia itu tidak normal kalau tak bermuatan kesalahan dan kelalaian,"
pungkas Cak Nun.***