“Peristiwa yang menimpa HRS di Arab Saudi ketika dinding
rumahnya ditempeli bendera Kalimat Tauhid. Ini produk operasi intelijen,” kata
Pengamat intelijen dan terorisme dari The Community of Ideological Islamic
Analyst (CIIA), Harits Abu Ulya kepada suaranasional, Selasa (15/12/2020).
Kata Harits, operasi intelijen menempelkan bendera tauhid di
dinding rumah HRS saat di Arab Saudi membangun image kedekatan dan keterkaitan
Imam Besar FPI dengan kelompok-kelompok yang dilabeli ekstrimis bahkan teroris.
“Tembok luar rumah kediaman HRS di pasang bendera Tauhid, di
dokumentasikan lanjut dilaporkan kemudian diasosiasikan dengan kelompok ISIS,
HT dan sebagainya di mana Saudi sangat alergi bahkan keras bersikap terhadap
kelompok-kelompok tersebut. Ini cara atau modus murahan,” jelasnya.
Kata Harits, peristiwa operasi intelijen pemasangan bendera
tauhid di dinding rumah HRS di Saudi ada indikasi pihak rezim yang berkuasa di
Indonesia melalui KBRI di Saudi ingin meraup keuntungan. “Narasi yang dibangun
kasus yang menimpa HRS di Saudi adalah rezim ternyata peduli bahkan siap
advokasi kasus yang dihadapi HRS,” jelasnya.
Jadi stressing Analisanya; Rezim ingin meraup citra positif
sembari cuci tangan seolah-olah tidak terlibat atau tidak tahu menahu dengan
peristiwa yang menimpa HRS.
Kata HRS menjadi selilit bagi rezim. Eksistensi HRS membuat
“tidak nyaman” bagi rezim. Maka niscaya design demi design dibuat untuk
mencongkel “selilit” ini.
Kata Harits, saat ini rezim sudah memenjarakan HRS dan tidak
menutup kemungkinan di-Munir-kan. “Di saat umat islam pada level kesadaran
berpikir dan kesadaran politiknya sangat baik, maka jika kalau HRS di-Munir-kan
itu akan memantik kontraksi sosial yang luar biasa,” paparnya.