Versi polisi, anggota FPI itu lebih dulu melakukan
perlawanan dan menyerang petugas dengan tembakan dan senjata tajam.
Sedangkan versi FPI, rombongan HRS lebih dulu diserang
sekelompok orang berpakaian sipil.
Sehingga mereka mengira akan dirampok di tengah jalan tol
oleh orang tak dikenal (OTK).
Hal itu tentu membuat publik bingung dalam mencari kejelasan
dan fakta terkait peristiwa tersebut.
Untuk itu, Ketua Presidium Indonesia Police Watch (IPW) Neta
S Pane mendesak agar segera dibentuk tim pencari fakta independen.
Tujuannya, tidak lain untuk mencari tahu dan mengungkap
fakta yang sebenarnya.
Menurut Neta dalam keterangan tertulisnya mengungkap, ada
sejumlah pertanyaan dalam peristiwa ini.
Pertama, jika benar FPI mempunyai laskar khusus yang
bersenjata, kenapa Baintelkam tidak tahu.
“Dan tidak melakukan deteksi dan antisipasi dini serta tidak
melakukan operasi persuasif untuk melumpuhkannya,” ujar Neta.
Kedua, apakah pengadangan rombongan HRS yang dilakukan
polisi sudah sesuai SOP.
“Mengingat polisi mengadang mengenakan mobil dan pakaian
preman,” sambungnya.
Ketiga, jika laskar khusus FPI lebih dulu menembak polisi,
maka harus pula dijelaskan secara gamblang kepada publik.
“Berapa jumlah tembakan itu dan adakah buktinya? Misalnya
ada mobil polisi yang terkena tembakan atau proyektil peluru yang tertinggal,”
jelasnya.
Keempat, yakni terkait kejelasan lokasi tewasnya enam
anggota laskar khusus FPI itu.
Pasalnya, jelas Neta, FPI menyebut keenam orang itu diculik
bersama mobilnya di jalan tol.
Kelima, enam anggota FPI yang tewas ditembak itu bukanlah
anggota teroris, sehingga polisi wajib melumpuhkannya terlebih dahulu.
“Karena polisi lebih terlatih dan polisi bukan algojo.
Tetapi pelindung masyarakat,” tegasnya.
Keenam, kata Neta, jalan tol merupakan jalan bebas hambatan.
Sehingga siapapun yang melakukan pengadangan maka itu
berarti adalah pelanggaran hukum.
“Kecuali si pengendara nyata-nyata sudah melakukan tindak
pidana,” terang Neta.
Ketujuh, pengadangan yang dilakukan menggunakan mobil sipil
dan orang-orang berpakaian preman, patut diduga sebagai pelaku kejahatan di
jalan tol.
Mengingat banyak kasus perampokan yang terjadi di jalanan
yang dilakukan orang tak dikenal.
“Jika polisi melakukan pengadangan seperti ini, sama artinya
polisi tidak promoter,” tandas Neta.
Diketahui, aparat kepolisian menindak tegas dengan cara
menembak enam orang kelompok yang diduga pendukung Habib Rizieq Shihab di Jalan
Tol Jakarta-Cikampek.
Kapolda Metro Jaya Irjen Pol Fadil Imran dalam konprensi
pers mengatakan, kejadian tersebut ketika petugas sedang mengecek informasi
mengenai ada pengerahan massa terkait pemeriksaan Rizieq Shihab di Polda Metro,
yang rencananya dilakukan pada pukul 10.00, Senin (7/12/2020)
“Diduga kelompok MRS yang menyerang anggota, kemudian
dilakukan tindakan tegas dan meninggal 6 orang,” ujar Fadil dalam rencana pers
di Polda Metro, Senin (7/12/2020).
“Saya bersama Pangdam Jaya tidak akan ragu untuk melakukan
tindakan yang tegas”, jelas Fadil di Polda Metro Jaya, Senin (7/12)
Dia menuturkan, polisi sudah menembak karena diserang oleh
beberapa orang dari kelompok tersebut. Mereka, kata dia menyerang menggunakan
senjata tajam dan senjata api.
“Penyerangan terhadap anggota Polri sedang melaksanakan
tugas tadi pukul 00.30 WIB di Jalan Tol Jakarta Cikampek Kilometer 50,”
ucapnya.