Siyono guru ngaji warga Klaten, meninggal setelah tiga hari
ditangkap Densus 88. Polisi mengklaim tewas setelah melawan dan mau merebut
senjata dalam mobil.
Kapolri: Siyono Melawan Densus Dalam Mobil
Polri masih kukuh menyatakan tak ada yang salah dengan
penangkapan Siyono. Kapolri Badrodin Haiti mengatakan Siyono merupakan salah
satu panglima dalam jaringan Jamaah Islamiyah yang menyimpan informasi tentang
senjata-senjata milik jaringan tersebut.
"Siyono ditangkap setelah pengembangan dari penangkapan
anggota jaringan sebelumnya oleh Detasemen Khusus 88 Antiteror," kata
Badrodin dalam rapat bersama Komisi III DPR di Jakarta, Rabu (20/4/2016).
Badrodin mengakui ada prosedur tetap (protap) operasional
yang dilanggar Detasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror dalam penanganan terduga
teroris Siyono yang tewas setelah ditangkap. "Anggota yang menangani dan
komandannya saat ini sedang diperiksa dan menjalani sidang disiplin karena ada
kelalaian," kata Badrodin.
Kapolri mengatakan prosedur standar operasional yang
dilanggar anggota dalam penanganan Siyono adalah soal pengawalan. Siyono hanya
dikawal oleh satu orang yang seharusnya lebih dan dia dalam keadaan tidak
diborgol.
"Saat itu, Siyono tidak diborgol agar bersikap
kooperatif saat dibawa untuk mengembangkan informasi. Namun, saat di mobil
dalam perjalanan di perbatasan antara Klaten dan Prambanan, Siyono menyerang
anggota," ujarnya.
Badrodin mengakui perkelahian dan pergumulan di dalam
kendaraan tidak terhindarkan. Selain memukul, Siyono terus berusaha menendang
dan merebut senjata milik anggota yang mengawal.
Tendangan Siyono bahkan mengenai kepala pengemudi sehingga
kendaraan berjalan oleng dan sempat menabrak pembatas jalan. Anggota yang
mengawal akhirnya berhasil melumpuhkan Siyono yang terduduk lemas.
"Siyono kemudian dibawa ke Rumah Sakit Bhayangkara Polda DIY yang kemudian dinyatakan sudah meninggal dunia. Dari hasil pemeriksaan luar, ditemukan memar di kepala sisi kanan belakang, pendarahan di bawah selaput otak dan tulang rusuk patah akibat benda tumpul," katanya.
TIDAK DEMIKIAN DENGAN HASIL AUTOPSI...
Hasil Autopsi: Siyono Tak Melawan
Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) mengungkapkan
bahwa Siyono, seorang warga Klaten yang meninggal dunia saat menjalani
pemeriksaan oleh Detasemen Khusus (Densus) 88 Mabes Polri, tidak melakukan
perlawanan fisik kepada pasukan anti-teror tersebut.
Hal itu diketahui dari hasil autopsi yang dilakukan tim
dokter gabungan Rumah Sakit Muhammadiyah dan Universitas Muhammadiyah
Yogyakarta serta seorang dokter dari Kepolisian Daerah Jawa Tengah.
"Tidak ada luka tangkis wujud perlawanan dari Siyono di
sekujur tubuh," jelas Komisioner Komnas HAM, Siane Indriyani dalam
keterangan pers di kantor Komnas HAM, Senin, 11 April 2016.
Walhasil, tambahnya, pernyataan Markas Besar Kepolisian
Republik Indonesia yang sebelumnya beberapa kali menyebut bahwa Siyono
melakukan perlawanan bahkan menyerang polisi yang mengawalnya adalah sebuah
kebohongan.
"Pernyataan bahwa Siyono telah melakukan perlawanan,
saya katakan itu tak benar," tegasnya.
Siane menambahkan, hasil autopsi juga menyimpulkan Siyono
dipukul dalam posisi seperti merebahkan diri di suatu tempat. Seluruh tubuhnya
mengalami kerusakan, dengan kerusakan paling parah di bagian dada.
"Jadi, kesimpulan sementara adalah Siyono pasrah saat
dipukul oleh petugas Densus 88,” ujarnya.
Pernyataan Siane didukung ketua tim autopsi, dr. Gatot
Suharto. Bahkan menurut dia, akibat pemukulan itu, beberapa bagian dada Siyono
patah hingga menusuk jantung. Ia mencatat lima tulang iga sebelah kiri yang
menghadap keluar dan satu tulang iga kanan yang patah menjorok ke dalam.
Kerusakan parah pada bagian dada inilah yang kemudian
disebut sebagai penyebab kematian Siyono.
"Bagian dada patah semua. Pundak dan sekujur bagian
tubuh juga ada patah dan lebam," jelas Gatot.
Mengomentari hasil autopsi itu, Kepala Biro Penerangan
Masyarakat Brigjen Agus Rianto, masih tetap pada keterangan sebelumnya. Dia
menyatakan bahwa kematian Siyono karena pendarahan di kepala akibat perkelahian
dengan anggota polisi yang mengawalnya.
"Setelah perkelahian, dia tampak kelelahan dan lemas
sehingga anggota membawanya ke RS Bhayangkara Yogyakarta untuk diberikan
pertolongan," kata Agus kepada BeritaBenar. "Namun nyawanya tak
tertolong dan meninggal di sana."
Agus mempersilakan jika hasil autopsi itu digunakan sebagai
rekomendasi jika ada proses hukum lanjutan.
Siyono adalah seorang warga Dukuh Brengkungan, Pogung,
Kecamatan Cawas, Klaten, Jawa Tengah, yang ditangkap Densus 88 pada 8 Maret
lalu karena diduga terlibat terorisme. Tetapi tiga hari kemudian dia meninggal
dunia.
Tak terima dengan penjelasan polisi, istri Siyono – Suratmi
– meminta bantuan pada Muhammadiyah agar mencari keadilan dan untuk mengetahui
penyebab kematian suaminya. Meski sebelumnya sempat dicoba dihalangi, akhirnya
tim dokter melakukan autopsy mayat Siyono tanggal 3 April.