Melansir AFP pada Sabtu (12/12/2020), Institut Kesehatan
Nasional mengatakan bahwa mereka menghentikan uji coba vaksin corona setelah
seorang relawan mengalami kesulitan menggerakkan lengan mereka.
"Beberapa hari yang lalu peringatan sudah kami berikan
kepada otoritas regulasi, yaitu bahwa salah satu peserta uji coba menunjukkan
gejala neurologis yang mirip dengan kondisi yang disebut sindrom
Guillain-Barre," kata kepala peneliti German Malaga dalam komentarnya
kepada media lokal pada Jumat (11/12/2020).
Sindrom Guillain-Barre adalah kelainan langka dan tidak
menular yang memengaruhi pergerakan lengan dan kaki.
Peru mengumumkan keadaan darurat kesehatan sementara di lima
wilayah pada Juni tahun lalu menyusul adanya beberapa kasus tersebut.
Sindrom ini pada 1970-an juga menghambat kampanye vaksinasi
untuk melawan virus flu babi yang sangat berbahaya di Amerika. Pasalnya, 450
dari mereka yang divaksinasi mengembangkan sindrom yang juga dapat menyebabkan
kelumpuhan itu.
Uji klinis Peru untuk vaksin Sinopharm akan selesai minggu
ini, setelah menguji sekitar 12.000 orang.
Jika berhasil, pemerintah Peru diharapkan membeli hingga 20
juta dosis vaksin Sinopharm untuk penyuntikan dua pertiga dari populasinya.
Namun hasil itu diperkirakan belum akan diketahui hingga pertengahan 2021.
Sebanyak 60.000 orang di seluruh dunia telah menggunakan
vaksin virus corona Sinopharm, termasuk para relawan di Argentina, Rusia, dan
Arab Saudi.
Peru memiliki salah satu tingkat kematian per kapita
tertinggi di dunia akibat Covid-19. Hingga Jumat (11/12/2020) virus ini telah
menyebabkan 36.499 kematian dan 979.111 kasus.
Pandemi telah memukul keras ekonomi negara Amerika Selatan
itu. Pada kuartal kedua lalu, Produk Domestik Bruto negara ini anjlok lebih
dari 30 persen.[]