Singgungan itu disampaikan oleh Ketua Komnas HAM, Ahmad
Taufan Damanik saat menjadi narasumber di acara diskusi bertajuk "Polisi,
FPI dan HAM".
Dalam penyampaiannya, Taufan membeberkan fakta-fakta
beberapa kasus yang sudah diselidiki. Namun, tidak ada tindak lanjut dari
aparat penegak hukum sesuai rekomendasi yang diberikan pihaknya.
Salah satunya adalah, peristiwa Mei 2019 yang menyebabkan 10
orang meninggal dunia. Sembilan orang meninggal akibat ditembak dengan peluru
tajam, satunya lagi akibat tindak kekerasan.
"Jadi 10 orang yang meninggal, 9 di Jakarta 1 di Pontianak. Itu Mei setelah pemilihan presiden itu. Kalau kita mau jujur, ada beberapa hal disitu, pertama kekerasan dari polisi, kalau pembunuhannya fakta-fakta yang kami temukan memang ada penembak misterius, yang itu gak ketemu sampai sekarang," kata Taufan, Minggu (20/12).
"Itu tentu menjadi tanggung jawab polisi untuk mencari
siapa pelakunya, itu kan rekomendasi Komnas HAM," imbuhnya menekankan.
Namun, dikatakan Taufan, Komnas HAM tidak berani secara
tegas menyatakan bahwa pelakunya adalah Polisi karena tidak menggunakan seragam
saat kejadian.
"Dan sangat ahli, karena mampu menghindari rekaman dari
CCTV sekitarnya. Yang lain-lain enggak, jadi misalnya yang rusak mobil polisi,
ngambil senjata itu terekam wajahnya, sehingga dengan teknologi ketauan. Tetapi
yang penembak Harun misalnya itu terekam tapi itu dari belakang, tidak terlihat
mukanya," jelasnya.
Selain itu kata Taufan, pada peristiwa Mei 2019 juga
terdapat pelanggaran SOP karena adanya penembakan dengan menggunakan peluru
karet, kekerasan dan lainnya.
"Itu kita kategorikan juga sebagai pelanggaran HAM, 5
kasus yang paling faktual kemudian mengalami hukuman disiplin dari internal
polisi. Yang ribut kemudian beberapa NJO kenapa hukumannya internal bukan
hukuman pidana. Itu sejarahnya," terang Taufan.
Tak hanya itu, Taufan pun mengungkapkan adanya
pengorganisasian terhadap anak muda dalam beberapa aksi demonstrasi.
"Itu harus diakui jujur. Kami menemui fakta-fakta,
anak-anak remaja misalnya itu pun ikut berdemonstrasi dan terlibat dalam
tawuran. Sehingga beberapa diantara mereka itu terkena peluru karet dibawa ke
rumah sakit," demikian Taufan. []