Pernyataan itu disampaikan Suhada di Kantor Komnas HAM pada Senin (21/12/2020).
"Saya mengajak Kapolda Metro Jaya yang telah
mengumumkan, yang telah mengakui membunuh anak kami untuk membuktikan kebenaran
siapa yang salah, siapa yang benar. Siapa yang zalim siapa yang benar, maka
saya mengajak secara syariat Islam," katanya.
"Karena saya Islam saya ajak untuk bermubahalah. Bawa
anak istri Anda, saya bawa anak istri saya kemudian kita bermubahalah. Biar
Allah SWT sendiri yang menentukan," imbuhnya.
Dia mengungkapkan, dengan mubahalah, kebenaran akan
terungkap. Bila Faiz, putranya yang tertembak itu ternyata bersalah, membawa
senjata api dan senjata tajam, maka konsekuensinya adalah dia dan istri maupun
anak cucunya bakal mendapat azab.
"Kalau anak saya bersalah, maka kami sekeluarga akan
dilaknat oleh Allah SWT beserta keturunan kami. Dan apabila mereka (polisi)
yang salah, mereka yang zalim maka akan dilaknat Allah SWT beserta
keturunannya. Jadi silahkan kita buktikan itu," kata Suhada dengan nada
tinggi.
Ia lalu bercerita soal pengalaman pahitnya saat hendak
mengambil jenazah putranya di RS Polri pada Senin malam (7/12/2020) lalu. Kata
dia, pihak RS Polri mengusirnya sehingga dia tidak bisa melihat langsung
jenazah sang anak.
"Esok harinya, hari Selasa baru diambil (jenazah). Itu
juga bantuan dari wakil rakyat (anggota DPR)," ujarnya.
Dia menjelaskan, setelah sukses diambil, jenazah enam laskar
FPI dibawa ke Markas DPP FPI di Petamburan. Pada saat dimandikan, mereka
mendapati jasad keenam laskar FPI itu dalam kondisi mengenaskan.
"Di sanalah kami lihat satu hal kebiadaban yang luar
biasa. Putra anak saya sebelah sini ada bolong (nunjuk ke arah leher sebelah
kiri), ada bekas jahitan, nggak tau bekas apa. Bisa jadi bekas pelor (peluru)
masuk ke dalam, dikeluarkan lagi. Saya nggak tau. Kemudian di dadanya sebelah
kiri ada (bekas) tembakan. Ditangannya ada bekas tembakan dan lebam-lebam bekas
penyiksaan. Ini yang membuat kami tambah terpukul," ujarnya.[]