"Selain adanya penerimaan kas, lewat divestasi Waskita
akan mengurangi utang dari ruas tol yang lagi terkonsolidasi," ujar
Director of Business Development & QSHE Waskita Fery Hendriyanto dilansir
dari Antara, Rabu (2/12/2020).
Ia menambahkan Waskita akan menggunakan beberapa skema
pelepasan seperti yang pernah dilakukan sebelumnnya.
"Akan ada beberapa ruas yang dilepas dengan skema
shareswap atau tukar saham. Kami juga membuka tender dan menerima penawaran
investor untuk beberapa ruas tol serta menggunakan instrumen RDPT," kata
dia.
Ia menyampaikan hampir semua ruas tol yang akan dilepas
lewat PT Waskita Toll Road (WTR) telah memiliki calon investor yang berminat
dan saat ini tengah melakukan proses due diligence dan valuasi.
"Selain investor infrastruktur atau lembaga keuangan
pada umumnya, ruas tol Waskita juga masuk dalam rencana investasi dari
Sovereign Wealth Fund (SWF) atau Lembaga Pengelola Investasi (LPI)," kata
Fery.
Waskita, lanjut dia, telah beberapa kali melakukan diskusi
dengan tim LPI dengan fokus pada divestasi ruas tol. Ia menyampaikan total
panjang dari seluruh ruas yang akan dilepas mencapai lebih dari 480 kilometer.
Ia merinci tiga ruas tol berlokasi di area Jabodetabek, satu
ruas terletak di provinsi Jawa Barat, dua ruas berada di Pulau Sumatera, dua
ruas bagian dari jaringan tol Trans Jawa, dan ditambah satu ruas di Jawa Timur.
Terbitkan obligasi
Waskita juga berencana menerbitkan obligasi Penawaran Umum
Berkelanjutan (PUB) IV tahap 2 untuk memenuhi kebutuhan modal kerja proyek konstruksi
dan juga investasi.
Waskita pun telah menunjuk underwriter dan lembaga penunjang
untuk mendukung pelaksanaan aksi korporasi tersebut.
SVP Corporate Secretary Waskita Karya Ratna Ningrum
mengatakan, target dana yang akan dihimpun dari penerbitan ini adalah sebesar
Rp 1 sampai Rp 2 triliun dengan jangka waktu jatuh tempo 1 hingga 3 tahun.
Adapun transaksi penerbitan PUB IV tahap 2 ini diharapkan
dapat selesai paling lambat pada awal Januari 2021.
“Saat ini kondisi likuiditas Waskita terdampak akibat
pandemi dan mundurnya beberapa pembayaran proyek dengan nilai yang cukup besar,
namun ada banyak proyek baru yang kami dapatkan tahun ini yang membutuhkan
modal kerja sehingga diperlukan pendanaan dari pasar modal untuk memenuhi
kebutuhan tersebut," ujar Ratna.
Diketahui, kata Ratna, tahun ini terdapat beberapa
penerimaan pembayaran proyek Waskita yang tidak dapat terealisasi, seperti
pembayaran LRT Palembang senilai Rp 1,9 triliun dan Tol Trans Terbanggi Besar -
Kayu Agung porsi VGF Japek Selatan sebesar Rp 1,7 triliun.
Di sisi lain, Waskita juga memperoleh cukup banyak proyek
baru yang membutuhkan pendanaan modal kerja.
Hingga akhir Oktober, Waskita telah mencatatkan perolehan
Nilai Kontrak Baru senilai Rp 15 triliun yang berasal dari proyek jalan tol,
gedung, bendungan, EPC, dan irigasi.
Waskita juga akan menggunakan proceed obligasi untuk
menyelesaikan 17 ruas tol dibawah anak usahanya yaitu PT Waskita Toll Road.
Hingga saat ini, terdapat 6 ruas yang telah beroperasi penuh
dan 4 ruas beroperasi sebagian, dan sisanya dalam proses konstruksi.
Setelah pembangunan ruas-ruas jalan tol tersebut selesai,
Waskita berniat untuk segera melepas kepemilikan sahamnya guna meningkatkan
kapasitas keuangan.
Pada 18 November lalu Waskita berhasil memperoleh Rp 550
miliar dari pelepasan 30 persen ruas Bekasi-Cawang-Kampung Melayu. Ke depan,
Waskita menargetkan untuk melepas 9 ruas tol lagi.
“Saat ini sudah ada investor yang berminat termasuk
Sovereign Wealth Fund (SWF) Indonesia. Manajemen telah beberapa kali melakukan
diskusi dengan tim SWF dimana arah pembicaraannya adalah untuk divestasi jalan
tol,” kata Ratna. (*)