detikcom berkesempatan menumpangi pesawat CN A 2904 dari TNI
AU dengan ketinggian 500-1.500 kaki. Pesawat terbang dari Lanud Halim Perdana
kusama pukul 09.30 WIB.
Dari pantauan pesawat mengitari titik koordinat jatuhnya
pesawat Sriwijaya Air. Terpantau beberapa kapal berkumpul di satu titik saat
pilot menyebutkan lokasi jatuh pesawat.
"Sekarang kita berada di ketinggian 2.500 kaki, di
bawah lokasi jatuhnya pesawat," ujar Pilot CN A 2904, Gilang Pranajaya
dari dalam pesawat lewat pengeras suara, Minggu (10/1/2021).
Tampak sekitar 3 kapal besar dikelilingi belasan kapal yang
lebih kecil. Terlihat beberapa speedboat berusaha merapat ke titik itu. Namun,
tidak terlihat secara jelas aktivitas di sekitar kumpulan kapal itu.
Terlihat adanya perbedaan warna air laut di sekitar titik
berkumpulnya kapal. Warnanya terlihat seperti bekas minyak.
Terpantau tidak ada serpihan benda besar di sekitar kapal
pencarian. Hanya terlihat benda-benda kecil berwarna putih seperti sampah.
Sebelumnya, Asops KSAU Marsda Henri Alfiandi mengatakan
pihaknya terus melakukan pencarian Sriwijaya Air SJ182 yang jatuh lewat udara.
Henri mengatakan, dalam pencarian itu timnya melihat perubahan kontras warna
air laut dan serpihan diduga dari bagian pesawat Sriwijaya Air.
"Kita sudah sampai 9 km tidak ditemukan mencurikan
benda besar yang bisa kita ambil atau yang kita laporkan. Semakin mendekat pencarian
pertama, kedua mulai kita melihat serpihan kita tidak yakin apakah serpihan
laut, yang jelas itu sampah tapi curiga kita itu bagian dari bagian yang sudah
mengapung dari pesawat," kata Henri di di Lanud Halim Perdanakusuma,
Jakarta Timur, Minggu (10/1).
Henri mengatakan Polairud, Bakamla dan nelayan juga turut
dalam pencarian benda-benda kecil mencurigakan. Dalam pencarian TNI AU,
dipaparkan juga terlihat perubahan air laut yang kontras.
"Kita turun kecepatan 50 meter, 150 feet semakin
mendekat semakin pelan kita lihat sekali lagi belum nampak hal yang besar. Kita
yakin segera menemukan titik impact dilihat dari udara karena kita lihat
anomali perubahan kontras warna laut. Kita asumsi itu tumpahan minyak. Anomali
perubahan warna terlihat seperti dan luas jangkauannya," jelas dia.
"Di koordinat tadi yakin di selatan Pulau Laju, anomali
warna air dan banyak material sampah-sampah tanda kutip sampah laut atau bagian
itu tadi kapal, Basarnas juga sudah mengambili dengan cara ledder dan disapu
terus," imbuhnya.